![]() |
Dimuat di Harian Palembang Ekspres, 10 Juli 2017 |
Membumikan
sastra di Tanah Sriwijaya adalah sebuah tantangan. Konon katanya, masyarakat
kita sejak dahulu memang tercipta sebagai manusia pedagang. Jiwa berniaga yang
telah mendarah daging itu, seolah menjadi pemakluman bilamana hasrat bersastra
di kalangan masyarakat agak kurang.
Menjadikan
masyarakat menyukai sastra adalah upaya perjuangan ekstra. Untuk itu, berbagai acara diadakan guna
memanjakan para pengukir kata mulai dari workshop penulisan hingga kompetisi
mencipta. Lalu berlomba-lombalah para penyuka sastra mengikuti kegiatan adu
mumpuni itu—dari satu lomba ke lomba berikutnya—dari satu daerah ke daerah
lainnya. Ada satu hal yang sama. Mirisnya, jumlah pesertanya tak cukup membuat
hati bangga. Bilangannya hitungan jari kuku dan kaki. Hal lainnya, ternyata
pesertanya memiliki kesamaan rupa. Maksud saya, orang itu-itu saja. Kalaupun
bertambah hanya beberapa saja.