Selamat Datang di www.pengingatku.blogspot.com

Wednesday 19 December 2018

TEKS TANGGAPAN KELAS IX


Contoh Teks Tanggapan Buku karya Belza Zanaria Kelas IX SMPN 1 Indralaya Utara 

Judul            : Summer In Seoul
Penulis         : Ilana Tan
Penerbit      : PT Gramedia Pustaka Utama
Kota terbit : Jakarta
Cetakan 25: Juni 2015


            Buku ini adalah karya Ilana Tan pertama yang berbentuk Novel, selain berbagai Cerpen. Buku ini mencetak Best Seller. Buku ini bercerita tentang sang tokoh utama yang menemukan perjalanan Cintanya di Negeri Gingseng. Banyak rintangan yang ia hadapi dalam menempuh kisah Percintaannya itu.
               Pada
 bagian awal, Buku menceritakan awal kisah pertemuan antara Sandy sang tokoh utama dengan Jung Tae Woo. Sandy adalah seorang Mahasiswa dan pekerja paruh waktu di salah satu Butik ternama di Korea Selatan, berbeda dengan Jung Tae woo ia adalah seorang aktor muda yang sangat terkenal. Mulanya Tae Woo sangat aktif dalam dunia Entertaiment, hingga sebuah kecelakaan yang membuatnya harus menghilang beberapa waktu untuk meredakan kekacauan yang di buat penggemarnya.
               Pada bab-bab selanjutnya, Tae Woo di kenal sebagai seorang Gay. Ia merasa frustasi, namun apa boleh buat ia tak bisa menyelesaikan masalah itu dengan amarah. Hingga pada suatu malam, Handphone milik Tae Woo tak sengaja tertukar dengan Handphone milik Sandy. Malam itu, Sandy benar-benar lelah akibat kegiatannya yang sangat banyak. Sandy tak sadar jika Handphone miliknya tertukar dengan milik Tae Woo. Tiba-tiba Handphone yang di pegangnya berdering dan menunjukkan tulisan nama yang tak di kenalnya. Sandy mengerenyit kebingungan. Dan saat itu pula ia baru sadar bahwa itu bukan Handphone miliknya. Saat itu ia lupa membawa dompetnya, sehingga ia terpaksa harus meminjam uang pada Bibi penjaga Minimarket.
         

CERPEN AKU SEORANG GURU

CERPEN INI DIMUAT DI SUMATERA EKSPRES, SABTU 8 DESEMBER 2018.


AKU SEORANG GURU
Alamsari

Pagi itu udara begitu menggigilkan badanku. Dengan mata yang masih terpejam, terseok-seok aku bangkit dari tempat tidur. Entah mengapa, pagi itu aku sungguh merasa malas untuk beranjak. Namun aku harus memaksakan diri. Sebentar lagi aku harus masuk kerja.
Aku segera mandi. Kupakai seragam kuning kaki. Tak lupa kusemprotkan sedikit wewangi. Aku pun siap berangkat.
“Din, Mas berangkat ya” ucapku pada istriku yang dari tadi kulihat hanya duduk termangu di depan lawang dapur rumah.
Sejak bangun tidur, kuperhatikan ia tak beranjak dari sana. Raut wajahnya kusam. Nampaknya ada sesuatu yang tidak mengenakkan hatinya. Namun aku tak berani menyapa. Aku takut semakin menambah kerunyaman paginya.
Dengan sepeda motor butut, aku melaju meninggalkan istriku sendirian di rumah. Pagi itu jalanan cukup lengang. Belum banyak kendaraan yang lalu lalang. Ya! Nanti, ketika mentari sudah agak meninggi barulah jalanan itu akan sesak dengan ribuan mobil dan motor yang berbaur menjadi satu.  Melewati istana gubernur, kulihat spanduk bertebaran dimana-mana.
“Nampaknya akan ada demo sebentar lagi” tuturku dalam hati.
Ya! Memang istana gubernur kerap menjadi tempat yang tepat bagi kebanyakan kaum minoritas untuk beraspirasi. Mencurahkan keluh kesahnya. Berharap pemimpin atau siapapun akan bersimpati atau peduli pada nasibnya yang kurang beruntung itu.
***