Dalam menjalankan pekerjaan sehari-hari, tentu kita tidak luput dari dilema etika. Apa itu dilema etika? Dilema etika adalah pertentangan batin antara sesuatu yang benar dihadapkan pada hal lain yang juga benar dalam sudut pandang tertentu.
Dilema etika adalah situasi yang dihadapi seseorang dimana keputusan mengenai perilaku yang layak harus dibuat (Arens dan Loebbecke, dikutip oleh Eko Suhascaryo)
Lebuh lanjut Eko Suhascaryo memberikan contoh situasi yang
sering kali memunculkan dilema, yakni sebagai berikut.
Ini untuk tujuan baik, atau di akhir
membenarkan caranya.
Hal ini akan menggoda untuk
mengambil jalan pintas dalam melakukan pengambilan keputusan ketika hasil
akhirnya akan menjadi hal yang baik.
Loyalitas ganda.
Banyak orang merasa memiliki
kewajiban untuk mempromosikan kepentingan dari kelompok atau teman khususnya.
Ini dapat menjadi tidak etis ketika meluas ke memastikan bahwa keuntungan untuk
kelompok atau individu khusus dengan mengorbankan kelompok atau individu
lainnya.
Penyembunyian.
Kita semua sering kali menghindari
memberikan umpan balik yang negatif atau mengungkapkan pendapat yang orang lain
tidak akan suka, karena kita peduli tentang perasaan orang atau kita tidak
ingin menyinggung perasaan orang lain.
Namun, tidak jujur adalah tidak
menghormati, kuncinya adalah berbagi informasi negatif atau tidak setuju dengan
orang lain dengan cara tetap berkomunikasi secara hormat.
Tak seorangpun akan tahu.
Kita mungkin akan memaafkan perilaku
yang tidak memenuhi standar etika karena “tidak ada yang akan dirugikan”.
Menggunakan posisinya untuk
mempengaruhi hal-hal yang kurang sesuai kepada bawahan/staf, meminta bantuan
khusus atau fasilitas, atau berbagi informasi rahasia kepada orang lain mungkin
tampak mudah dan tidak berbahaya, tetapi etika kepercayaan dilanggar.
Semua orang melakukannya.
Ketika banyak orang lain bertindak
dengan cara-cara yang tidak etis, bukanlah izin bagi kita untuk juga
berperilaku yang tidak etis.
Praktek atau sistem di beberapa
organisasi dan kelompok mungkin begitu mendarah daging bahwa mereka tampaknya
dapat diterima bahkan jika mereka secara etika dipertanyakan. Pemimpin etis
akan selalu mengevaluasi perilakunya terhadap kode etik.