Selamat Datang di www.pengingatku.blogspot.com

Thursday 15 October 2020

TANAH HARAPAN TANAH CITA-CITA

 

Sumber: https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fberitadiy.pikiran-rakyat.com%2Fentertainment%2Fpr-70716238%2Fsinopsis-dan-trailer-film-tanah-cita-cita-pendidikan-yang-out-of-the-box-di-bima-ntb&psig=AOvVaw3mvCGocENxJZYX7k3cCROj&ust=1602859254580000&source=images&cd=vfe&ved=2ahUKEwiNzZyV6rbsAhWABrcAHYy4A7cQr4kDegUIARCMAQ
(Sumber: https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fberitadiy.pikiran-rakyat.com%)

TANAH HARAPAN TANAH CITA-CITA
(Alamsari)

Perubahan untuk menggapai masa depan dan asa. Itulah yang ingin disampaikan dalam film Tanah Cita-Cita. Film yang disutradarai Anton Mabruri (2016) menceritakan seorang kepala sekolah (Rayhan) di sebuah SD yang menginginkan perubahan di dalam metode pembelajaran. Siswa tidak harus belajar di kelas, tetapi mereka bisa belajar di mana saja. Menurut Rayhan metode pembelajaran konvensional  hanya membuat siswa jemu belajar sehingga tidak akan meningkatkan mutu pendidikan.

Perubahan yang dilakukan Rayhan mendapat banyak pertentangan. Dari kalangan internal—Adalah Asta Cita, seorang guru muda yang baru datang dari kota. Pada awal kedatangannya, Ibu Cita begitu kaget dengan kondisi sekolah, di mana anak-anak diberikan kebebasan dalam belajar. Ibu Cita berulang kali protes kepada Rayhan karena menurutnya metode pembelajaran seperti itu hanya membuat siswa menjadi tidak disiplin. Sebagai pemimpin, Rayhan berusaha menjelaskan dengan sabar. Tidak hanya itu, ia juga mempraktikan langsung metodenya itu. Rayhan meminta Ibu Cita mengikutinya bersama anak-anak untuk belajar di hutan, pantai, atau kebun. Di sana, Rayhan memberi materi pelajaran melalui cara yang menarik, misalnya meminta anak mengumpulkan dedaunan untuk menjelaskan mengenai klorofil atau mengajak anak membakar jagung sambil belajar sejarah. Seiring waktu, Ibu Cita akhirnya memberikan dukungan penuh kepada Rayhan karena menurutnya metode itu berhasil membawa perubahan.

Film Tanah Cita-Cita sebenarnya semakin menarik dengan adanya alur benturan budaya. Pacoa jara adalah tradisi unik sekaligus menjadi lambang martabat diri masyarakat Bima. Budaya pacoa jara dalam film Tanah Cita-Cita diwujudkan melalui sosok anak lelaki bernama Bima. Suatu waktu ketika Rayhan mengajak siswa belajar di hutan, Bima terjatuh dan kakinya terluka. Ayah Bima (Zainal) marah besar kepada Rayhan karena akibat kaki anaknya yang terluka itu, Bima tidak bisa latihan pacoa jara. Kemarahan Zainal kepada Rayhan semakin menjadi-jadi manakala termakan hasutan Nasrudin (Pak Kades). Nasrudin yang sejak awal sudah membenci Rayhan—menghasut Zainal dan orang tua siswa lainnya agar melakukan protes kepada Rayhan. Kebencian Nasrudin bermula dari gosip yang tersebar di desa bahwa Rayhan akan mencalonkan diri menjadi kades. Nasrudin tidak ingin Rayhan menjadi saingannya.

Namun sayang, benturan antara gagasan Rayhan dengan budaya setempat (pacoa jara) belum mampu digarap dengan baik. Akibatnya, banturan budaya tersebut hanya sekadar menjadi pemanis alur cerita. Ide sentral “perubahan” yang ingin ditunjukan dalam film ini, menjadi hambar dan antiklimaks. Padahal jika benturan budaya tersebut ditonjolkan sejak awal cerita, tentu film ini akan menjadi sangat menarik.

Kehambaran ide “perubahan” juga terlihat dalam salah satu adegan, dimana pada puncaknya Rayhan didatangi warga untuk dimintai pertanggungjawaban terkait ide apa yang ia terapkan di sekolah. “Saya ingin melahirkan inovasi baru. Sekolah sebagai taman belajar. Siswa datang dengan senang, belajar dengan riang, dan meninggalkan sekolah dengan berat hati.” Akan tetapi, pemikiran yang dilontarkan Rayhan dalam cerita tersebut harusnya belum mampu memantik konflik diantara keduanya. Mengapa? Karena ide briliant yang disampaikan dalam cerita tersebut pada prinsipnya hanyalah ide biasa. Ide tersebut adalah lumrah dan banyak ditemui di berbagai sekolah sehingga ide tersebut bukanlah masalah besar yang harus mendapat penolakan dari berbagai pihak.

Terlepas dari kehambaran ide cerita, Film Tanah Cita-Cita menyisipkan pesan moral bahwasnya Tanah Indonesia adalah tanah cita-cita bagi siapa saja yang ingin mewujudkannya.   

No comments:

Post a Comment

Jangan lupa komentarnya ya! Berkomentarlah dengan bijak dan relevan!