Selamat Datang di www.pengingatku.blogspot.com

Sunday 8 February 2015

PROFESI GURU

SUSAHNYA JADI GURU

Siapa bilang menjadi guru gampang? Menurutku guru adalah profesi yang paling sulit. Betapa tidak, guru memiliki tugas yang rumit dan kompleks. Berhadapan dengan makhluk hidup yang unik (siswa) membuat guru harus ekstra dalam segala hal, baik waktu, tenaga, maupun pikiran. Susahnya menangani siswa karena mereka sebagai makhluk bernyawa, bernafsu, dan berakal selalu menunjukkan gelagat perubahan tak terduga. Setiap perubahan itu musti dianalisa untuk mendeskripsikan gejala, faktor penyebab, dan solusi penyelesaiannya. Untuk itu, guru sebenarnya wajib menguasai berbagai disiplin ilmu, mulai dari ilmu yang disipliner hingga ilmu yang indisipliner. Konsekuensinya, guru harus senantiasa belajar dan terus menggali pengetahuan karena setiap waktu ilmu selalu berkembang.
Lazim banyak guru mengeluh, siswa saya begini dan begitu. Dalam suatu kesempatan, saya pernah menyampaikan pada guru-guru bahwa hakikatnya kegagalan siswa nyaris betul disebabkan ketiadaberdayaan guru. Seorang guru pun menyampaikan argumentnya kepada saya "jika boleh berbeda pendapat! Menurut saya, di sekolah saya semua masalah bersumber pada siswa. Guru-guru kami sudah bagus. Mengajarnya sudah baik. Sudah pakai metode. Tetapi siswanyalah yang memang bermasalah" begitu kira-kira. Menanggapinya, saya hanya tersenyum--diam--saya enggan berkata apa-apa. Siswa bagaikan kertas putih--bersih. Apa yang tertorehkan padanya adalah hasil nyata si penciptanya. Misalkan, guru mau menggambar bunga yang indah pada kertas tersebut. Dalam proses menggambar bunga tentu setiap guru memiliki cara dan proses yang berbeda bergantung kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki. Pada akhirnya, mungkin gambar bunga akan tercipta akan tetapi belum tentu gambar bunga itu sempurna. Bunga yang tercipta sempurna ataupun tidaknya, tak patut kita persalahkan kertasnya. Tak dapat pula kita salahkan kuasnya atau tintanya. Sempurna atau tidaknya, bergantung pada si penciptanya. Banyak yang mengaku tahu dan bisa namun nyatanya sebaliknya. Begitupun dalam pembelajaran, guru boleh mengaku mengajarnya sudah baik, metode bervariasi, pandai dalam mengelola kelas, ataupun ahli dalam merancang alat evaluasi pembelajaran. Ketika hasilnya tidak sesuai harapan, bolehkah guru tersebut menjadikan siswa sebagai sumber kegagalannya? Ya! Boleh jadi memang betul jika apa yang guru lakukan sudah sempurna, maka siswalah yang bermasalah! Namun, perlu diingat sebenarnya, bisa jadi kesempurnaan guru itu sendiri dapat pula menjadi penyebab kegagalan siswanya! Ya! Seperti yang saya katakan, siswa adalah makhluk unik. Sebagai makhluk unik, artinya kegagalan pada siswa sebagai gejala bahwa perlakuan kepada siswa ada yang salah (disadari atau tidak disadari sekalipun). Dengan kata lain, sebenarnya saya ingin menyatakan bahwa, pertama: dalam pembelajaran, siswa tidak pernah salah. Kedua: jikalau siswa salah kembali lagi pada point pertama bahwa siswa tidak pernah salah.
Sesuatu yang merisaukan manakala kita membincangkan kebenaran akan ilmu pengetahuan yang kita (guru) ajarkan. Pernahkah kita merenung (bertafakur), bilamana seandainya ilmu pengetahuan yang selama ini kita yakini kebenarannya ternyata tidak sepenuhnya atau bahkan mungkin melenceng dari kesahihan. Bagaimana pula jika sampai pengetahuan yang kita pedomani itu--kita wariskan kepada anak cucu (generasi/siswa) kita (melalui pengajaran baik formal maupun informal). Kesesatan-kesesatan yang mungkin saja menyelinap dalam setiap tutur kata tentu akan terus berlanjut dari lisan ke lisan--bertahun-tahun. Nasib mujur jika kesesatan itu segera diketahui--musibah jika (seandainya) sampai kiamat pun kesesatan itu tak kunjung dijumpai. Itulah ilmu pengetahuan yang selalu riskan diperdebatkan. Teori-teori mungkin datang silih berganti--namun tak ada satupun yang tahu akan kebenarannya. Hanya setitik akal yang mencoba mencerna dan mengaitkan agar nampak berhubungan hingga pada akhirnya mampu (terpaksa) disimpulkan. Guru memiliki tugas berat untuk memastikan apa yang diajarkan dan diwariskan pada murid-muridnya sudah betul atau sesuai dengan kebenaran yang ada. Guru harus memiliki prinsip dan kemauan keras untuk menguji teori-teori itu agar mencapai pada kebenaran ilmu pengetahuan yang hakiki. Guru sebaiknya tidak serta merta menerima apa yang diberikan padanya. Guru harus selalu bertanya-tanya akan kehakikian ilmu pengetahuannya. Kebenaran memang hanya milik Allah. Oleh karena itu mari kita senantiasa berlindung kepada Allah dari kebodohan yang mungkin menyergap diri.

No comments:

Post a Comment

Jangan lupa komentarnya ya! Berkomentarlah dengan bijak dan relevan!