Selamat Datang di www.pengingatku.blogspot.com

Wednesday, 8 April 2015

GURU LATAH

Saya baru tahu bahwa secara psikolagis, manusia suka latah. Namun bukan latah seperti yang diidap mpok atiek itu loh! Latah di sini maksudnya melakukan sesuatu hanya karena ingin ikut-ikutan dikarenakan sesuatu tersebut sedang trand. Batu akik misalnya. Ketika batu akik booming, orang-orang berbondong-bondong ikut memburu batu akik. Kalau kita lihat, di jari mereka sudah terlingkar cincin batu akik. Tak heran pula, jika kadang kita temui orang yang di setiap jarinya ada cincin batu akiknya. Pemprov Sumsel, konon sedang dilanda latah. Kabar yang kubaca di koran, gubernur akan mewajibkan pegawainya memakai batu akik.
Sebenarnya latah dalam konteks tersebut tidaklah berbahaya asal dalam keaadaan wajar. Hal tersebut menjadi tidak wajar manakala orang-orang yang terkena latah tersebut berlebihan dalam tindakannya.
Latah rupanya juga melanda guru. Saya perhatikan hampir sebagian besar guru kita mudah terkena latah. Contoh sederhana yakni latah kurikulum. Ketika kurikulum baru diluncurkan, guru-guru langsung dengan lincah dan semangat menerapkannya. Mereka ramai-ramai menggunakan kurikulum baru hanya karena pemerintah mewajibkannya. Sedikit sekali di antara guru yang sadar mengapa dan apa alasan mereka menerapkannya. Mereka tak pernah berpikir kritis. Akibatnya, setiap kebijakan akan langsung diterima mentah-mentah tanpa adanya proses kajian kritis apakah kebijakan itu baik atau tidak dan atau sesuai atau tidak.
Contoh yang lebih kecil adalah hubungan antara guru dengan kepala sekolah atau atasan. Dalam hal negatif, guru yang latah biasanya hanya akan menurut jika atasan memerintahkannya. Mereka akan bersikap pasif dan tak reaktif tanpa pernah berpikir apa dan untuk apa atasan memerintahkannya? Dalam konteks pendidikan, latah justru sebaiknya dihindari oleh guru. Alasannya, latah dapat menyebabkan dampak buruk bagi kualitas pendidikan kita. Guru seharusnya menjadi kontrol kebijakan pemerintah. Artinya, setiap kebijakan yang dikeluarkan mustinya harus dicerna dan dikritisi terlebih dahulu oleh guru. Indikator sikap kritis guru tersebut adalah munculnya suatu pandangan yang logis dan diwujudkan dalam sikap atau tindakan yang tegas. Tak peduli apakah pro atau kontra--asal telah melalui proses transaksional ide tiada masalah.
Latah pada guru juga menunjukkan bagaimana jati guru itu sendiri. Setelah mengamati beberapa waktu lamanya, saya cukup berani menyimpulkan guru yang tak pernah berbeda pendapat dengan kebijakan atasan atau pemerintah adalah guru yang tak berkarakter. Guru yang tak berkarakter mengindikasikan guru tersebut tidak kreatif dan inovatif. Guru yang tidak kreatif dan inovatif hampir mungkin tidak akan pernah maju dalam bidangnya.

No comments:

Post a Comment

Jangan lupa komentarnya ya! Berkomentarlah dengan bijak dan relevan!