Selamat Datang di www.pengingatku.blogspot.com

Monday 20 November 2023

IDENTIFIKASI POTENSI MELALUI KEGIATAN LITERASI: PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH DALAM MENYIAPKAN SISWA UNGGUL MENUJU INDONESIA MAJU BERMUTU

            Setiap anak dilahirkan dengan membawa potensi. Potensi yang dimiliki anak sangat beragam. Potensi merupakan kemampuan dasar yang berkemungkinan untuk dikembangkan1. Upaya mengembangan potensi pada anak perlu dilakukan sedini mungkin. Tujuannya adalah untuk menjadikan potensi tersebut berkembang menjadi kompetensi. Untuk itulah, identifikasi potensi pada peserta didik harus dilakukan.

Identifikasi potensi dapat dilakukan oleh individu itu sendiri. Namun sangat disayangkan, tidak sedikit peserta didik yang justru kesulitan untuk mengenali potensi yang dimilikinya. Dalam studi yang saya lakukan di sekolah tempat saya bertugas, hampir 80 persen peserta didik justru belum mengetahui potensi apa yang dimilikinya. Peserta didik adalah makhluk yang sedang berada dalam proses perkembangan dan pertumbuhan menurut potensi (kemampuan) masing-masing dan memerlukan bimbingan dan pengarahan serta pendampingan yang konsisten menuju ke arah titik optimal potensinya2. Oleh karena itulah, identifikasi potensi perlu dilakukan oleh pihak sekolah untuk membantu peserta didik menemukan potensinya dengan lebih cepat. Salah satu cara untuk melakukan identifikasi terhadap potensi peserta didik adalah dengan melalui kegiatan literasi di sekolah.

Untuk melaksanakan identifikasi potensi melalui literasi tersebut, pihak sekolah harus merancang aktivitas literasi yang berbasis pada identifikasi potensi. Ada banyak kegiatan literasi yang dapat dilaksanakan di sekolah, misalnya aktivitas membaca selama 15 sampai 30 menit sebelum memulai pembelajaran. Perpustakaan sekolah sebagai basis kegiatan literasi memiliki peran besar dalam upaya menciptakan iklim literasi di lingkungan sekolah. Melalui aktivitas membaca 15 sampai 30 menit diharapkan membawa dampak yang cukup signifikan terhadap peningkatan kualitas diri peserta didik.

Kegiatan literasi di sekolah pada hakikatnya dapat dipergunakan sebagai alat untuk mengidentifikasi potensi. Kegiatan literasi di sekolah bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik yang meliputi kecerdasan intelektual, emosional, bahasa, spiritual, dan estetika.3 Melalui kegiatan literasi, sekolah mampu mengetahui potensi apa saja yang ada pada peserta didik. Hal tersebut sangat penting guna membantu sekolah dalam merencanakan tindak lanjut bagi peserta didik sehingga mampu mendorong pengembangan potensi menjadi lebih optimal.

Bagaimanakah identifikasi potensi melalui kegiatan literasi tersebut? Hal pertama yang harus dilakukan adalah perpustakaan sekolah harus merancang kegiatan literasi yang akan


1 Komala. Stimulasi Melejitkan Potensi, Minat, Bakat pada Anak Usia Dini. Jurnal Tunas Siliwangi, Vol 3, No 2, Tahun 2017. Hal 183.

2 Khorol, Azimatul. Studi Komparatif Tentang Konsep Potensi Anak Didik dalam Perspektif Jhon Dewey dan Pendidikan Islam. Jurnal Studi Islam, Vol 6, No 2, Tahun 2015. Hal 4.

3 Suandewi, Pt Melia., Ida Bagus P, Gede Gunatama. Hubungan Budaya Literasi dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa Kelas XI SMAN 7 Denpasar. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UNDIKSHA, Vol 9, No 2, Tahun 2019. Hal 266.

dilakukan. Dalam hal ini, kegiatan literasi yang dapat diprogramkan, yakni kegiatan membaca 15 sampai 30 menit sebelum memulai pembelajaran. Dalam kegiatan tersebut, peserta didik dikumpulkan di lapangan dengan membentuk lingkaran yang beranggotakan 10 orang. Peserta didik telah menyiapkan buku yang akan dibaca selama kegiatan literasi berlangsung. Buku yang dibaca dapat berupa buku fiksi maupun buku nonfiksi. Ketersediaan buku literasi dapat difasilitasi oleh perpustakaan sekolah. Peserta didik dapat meminjam buku bacaan literasi yang tersedia di perpustakaan. Oleh karena itu, perlu bagi perpustakaan untuk menyediakan berbagai macam buku guna menunjang kegiatan literasi tersebut. Penyediaan bahan bacaan literasi dapat pula melalui kerjasama dengan perpustakaan daerah setempat untuk menyediakan akses layanan perpustakaan keliling di sekolah setiap hari tertentu. Mobil perpustakaan dengan berbagai sumber bahan bacaan yang menarik akan menjadi daya tarik tersendiri bagi peserta didik.

Selanjutnya, peserta didik diberikan waktu untuk membaca buku dengan senyap selama 15 sampai 30 menit. Selama kegiatan literasi berlangsung, guru dapat berkeliling untuk memantau aktivitas literasi yang dilakukan. Beberapa hal yang dilakukan pihak sekolah selama pemantauan, yakni guru harus memperhatikan buku yang dibaca oleh peserta didik. Buku jenis apa yang dibaca? Apa judul buku yang dibaca? Berapa tebal halaman buku tersebut? Mengetahui hal tersebut sangat penting sebagai bagian dari upaya identifikasi potensi. Kegiatan membaca erat hubungannya dengan minat4. Minat dapat dikatakan sebagai dorongan kuat bagi seseorang untuk melakukan segala sesuatu dalam mewujudkan pencapaian tujuan dan cita-cita yang menjadi keinginannya5.Terdapat hubungan antara buku bacaan dengan kemungkinan potensi yang dimiliki oleh peserta didik. Peserta didik yang membaca buku fiksi, misalnya menandakan kemungkinan potensi peserta didik ada pada bidang sastra (cerpen, puisi, atau drama). Peserta didik yang membaca buku nonfiksi tentang olahraga, mengindikasikan kemungkinan potensi peserta didik ada pada bidang olahraga. Peserta didik yang membaca buku wirausaha, bisa jadi potensi yang dimilikinya berkaitan dengan kegiatan wirausaha, dan lain sebagainya bergantung buku apa yang dibaca.

Judul buku juga menentukan dalam upaya melakukan identifikasi potensi. Peserta didik yang membaca buku sastra dengan judul tertentu dapat mengindikasikan seberapa besar potensi yang dimilikinya. Contohnya, peserta didik yang membaca buku kumpulan cerpen yang telah dimuat di surat kabar nasional, misalnya kemungkinan besar peserta didik tersebut memiliki keterampilan yang cukup baik dalam bidang menulis cerpen. Mengapa demikian? Umumnya anak- anak remaja akan cenderung membaca buku fiksi bertema cinta atau buku fiksi remaja dengan bahasa alai atau bahasa remaja. Namun, dalam contoh tersebut, peserta didik yang membaca buku kumpulan cerpen tentulah peserta didik yang tidak biasa. Pada umumnya koran nasional sangat selektif dalam pemuatan karya. Artinya karya yang dimuat tentulah berkualitas. Dengan demikian ketika peserta didik membaca buku tersebut, patut diidentifikasi bahwa ada sesuatu yang tidak biasa pada diri peserta didik. Contoh lainnya, peserta didik yang membaca buku soal-soal olimpiade matematika, mungkin menandakan bahwa potensi besarnya adalah pada bidang matematika. Dan kemungkinan peserta didik tersebut memang ahli matematika. Hal tersebut disebabkan sangat tidak biasa jika peserta didik yang tidak senang matematika ataupun mungkin ia senang tapi tidak terlalu bisa di bidang tersebut, akan membaca buku soal-soal olimpiade matematika.


4 Sugiarti, Uci. Pentingnya Pembinaan Kegiatan Membaca Sebagai Implikasi Pembelajaran Bahasa Indonesia. Artikel (online), https://media.neliti.com/media/publications/54467-ID-pentingnya-pembinaan-kegiatan-membaca-se.pdf

5 Gunawan, Arwan., dkk. Korelasi Antara Karakter Pribadi dan Minat Membaca dengan Prestasi Belajar Siswa. Artikel (online), https://media.neliti.com/media/publications/117097-ID-korelasi-antara-karakter-pribadi-dan-min.pdf.

Jumlah halaman juga sangat berpengaruh dalam upaya identifikasi. Peserta didik yang membaca buku dengan jumlah halaman yang sangat tebal, misalnya lebih dari 300 halaman, menandakan peserta didik tersebut memiliki minat membaca yang sangat besar. Pada umumnya peserta didik akan cepat merasa bosan ketika membaca dengan jumlah halaman yang terbilang banyak. Tak heran, dalam kegiatan literasi banyak peserta didik yang cenderung membaca buku dengan jumlah halaman yang sedikit atau buku yang tipis. Peserta didik yang mampu membaca buku dengan halaman yang tebal dapat memberikan gambaran bahwa peserta didik tersebut memiliki kemampuan literasi yang sangat baik. Jumlah halaman yang sangat banyak biasanya menandakan bahwa buku yang dibaca berisi informasi yang sangat spesifik sehingga cenderung berkualitas.

Setelah kegiatan membaca buku selama 15 sampai 30 menit selesai, peserta didik dapat diminta untuk menuliskan resume hasil kegiatan literasi ke dalam buku kegiatan literasi. Peserta didik diberikan waktu sekitar 15 menit untuk membuat resume. Resume hasil bacaan yang dibuat peserta didik dipergunakan sebagai bagian dari upaya identifikasi potensi peserta didik. Selama proses penulisan, guru dapat memperhatikan seberapa cepat peserta didik membuat resume, sebarapa panjang resume tersebut, dan bagaimana bahasa yang digunakan dalam penulisan resume itu. Peserta didik yang mampu membuat resume hasil bacaan dalam waktu cepat dan tulisan tersebut cukup panjang menandakan bahwa peserta didik memiliki potensi yang baik dalam hal pemahaman terhadap bacaan dan juga memiliki potensi dalam menulis. Peserta didik yang memiliki kemampuan rendah dalam pemahaman bacaan, akan sangat kesulitan menuliskan hasil bacaan tersebut. Kalaupun bisa dituliskan, jumlah halamannya akan sedikit.

Setelah proses penulisan resume hasil bacaan selesai dilakukan, peserta didik diminta untuk maju ke depan menyampaikan hasil bacaannya di hadapan peserta didik lainnya. Dalam aktivitas ini, guru dapat memperhatikan bagaimana penampilan peserta didik saat di depan, bagaimana ekspresinya, bagaimana gaya penyampaiannya, bagaimana kelancaran berceritanya, bagaimana intonasinya, dan lain sebagainya. Peserta didik yang tampil dengan penuh percaya diri dan juga mampu menyampaikan hasil bacaan dengan lancar tanpa terbata-bata kemungkin besar memiliki kemampuan komunikasi yang sangat baik. Peserta didik yang mampu bercerita dengan penuh ekspresi dan gaya bisa jadi memiliki kemampuan yang baik dalam hal story telling atau bisa juga bagus dalam hal pembacaan puisi. Peserta didik yang menyampaikan hasil bacaan dengan diselingi humor sehingga membuat teman-temannya semangat dan tertawa bisa jadi memiliki potensi sebagai seorang komedian atau motivator. Peserta didik yang mampu menyampaikan hasil bacaan tanpa melihat buku catatan hasil literasi kemungkinan memiliki ingatan yang tajam.

Dari hasil pengamatan guru selama aktivitas membaca, membuat tulisan hasil bacaan, dan aktivitas menyampaikan hasil bacaan di depan, guru dapat melakukan identifikasi lebih lanjut, yakni dengan cara memanggil peserta didik yang bersangkutan untuk dilakukan penyelidikan lebih mendalam. Guru memanggil peserta didik masuk ke dalam ruangan lalu menyampaikan beberapa pertanyaan pelacak, misalnya sudah berapa banyak buku yang dibaca? Apa saja buku yang sering ia baca? Berapa tebal halaman buku tersebut? Berapa lama ia menghatamkan bacaan buku tersebut? Termasuk menanyakan pertanyaan yang langsung berkaitan dengan dugaan hasil identifikasi potensi kepada peserta didik, misal apakah peserta didik senang dengan sastra, olahraga, matematika dan lain sebagainya; apakah peserta didik memperoleh nilai yang bagus pada bidang tersebut di kelasnya? Atau apakah peserta didik memiliki hasil karya atau prestasi di bidang tersebut.

Selain itu, guru dapat pula melakukan penelusuran aktivitas literasi peserta didik di perpustakaan. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah peserta didik sering membaca buku di perpustakaan, jenis buku apa yang dipinjam dan dibaca. Informasi tersebut untuk memperkuat hasil identifikasi yang telah dilakukan selama kegiatan literasi berlangsung. Hasil analisa tersebut kemudian menjadi bahan rujukan untuk melakukan pemetaan hasil potensi peserta didik. Pada akhirnya, pihak sekolah dapat memanfaatkan hasil identifikasi potensi tersebut untuk merancang program kegiatan pengembangan minat dan bakat yang sesuai dengan potensi yang dimiliki peserta didik.


No comments:

Post a Comment

Jangan lupa komentarnya ya! Berkomentarlah dengan bijak dan relevan!