“Orang yang paling beruntung adalah mereka yang bahagia di usia senja”
Pernahkah kita membayangkan
bagaimana hidup kita di masa tua? Tua merupakan takdir yang tak dapat
dihindari. Sesaat yang lalu sepertinya baru saja kita dilahirkan—kini senja pun
telah datang membayang. Itulah waktu. Di setiap alirnya, hidup kita ditentukan.
Di setiap putaran detiknya, nasib kita digoreskan. Hidup memang telah
digariskan bersama waktu. Kita tak dapat menentukan kehidupan. Akan tetapi,
kita bisa menentukan pilihan. Pilihan untuk hidup bahagia atau hidup menderita.
Pilihan untuk hidup sejahtera atau hidup sengsara.
(Sumber: https://encrypted-tbn3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSiTVeVWYvgdrwnWXVctiEf6NgeVEY6UuLmdd_jlO2DOiJ_uxtmDw) |
Seorang lelaki duduk
melamun. Ia menatap jauh—tatapan yang hampa. Sebut saja namanya Abdul. Ia
adalah mantan pegawai sebuah perusahaan ternama. Dulu—sewaktu ia masih aktif
bekerja—gajinya begitu “wah”. Setiap bulan ia menerima gaji belasan juta.
Hitungan rupiah yang sungguh berlebih bagi kebanyakan orang lainnya. Dengan
gaji itu, ia mampu mencukupi semua kebutuhan istri dan dua anaknya. Apalagi ia
pula tak perlu repot-repot memikirkan biaya untuk membuat rumah—karena ia
diberikan fasilitas rumah dinas dari perusahaanya. Dua puluh lima tahun
berlalu—kini ia telah pensiun. Ia sepertinya dirundung malang. Tampak ia
menyesal begitu dalam. Abdul dan istrinya harus keluar dari rumah dinasnya dan
tinggal di rumah kontrakan. Yang menyedihkan baginya adalah ia tak memiliki
uang simpanan untuk menghabiskan masa tuanya selain hanya sisa gaji pensiunan
saja. Abdul menyesali dirinya yang hanya berfoya-foya ketika masa jaya, namun
lupa menyiapkan bekal senjanya.
Apa yang dialami
Abdul banyak pula dialami oleh mereka yang lainnya. Sebagai manusia, wajar
memang ketika kita memanfaatkan setiap penghasilan yang kita miliki untuk
memenuhi kebutuhan jasmani ataupun rohani. Hampir kebanyakan di antara
kita—tentu akan melakukan hal yang sama. Menerima upah setiap bulannya—uang
yang diterima digunakan sepenuhnya untuk membahagiakan istri;anak; ataupun
keluarga lainnya. Hal tersebut adalah wajar. Namun, perlu diketahui bersama—ada
satu hal yang sering kita lupakan, yakni menyiapkan bekal untuk hari tua.
Berbicara menyiapkan
bekal untuk masa tua memang sepertinya agak pelik. Selama ini kita hanya
terfokus pada kehidupan “KINI” dan lupa akan kehidupan “ESOK” hari. Coba
lihatlah berapa banyak di antara kita yang menabung di bank? Atau berapa banyak
di antara kita yang ikut program asuransi? Sedikit sekali. Menyiapkan bekal
untuk hari tua adalah sebuah keniscayaan. Investasi mutlak harus dilakukan jika
kita ingin hari tua kita bahagia.
Ada banyak pilihan
untuk berinvestasi. Seiring perkembangan zaman yang begitu pesat dan seiring
dengan meningkatnya kesadaran masyarakat untuk berinvestasi menyiapkan bekal
hari tua—banyak bermunculan perusahaan ataupun badan yang menawarkan beragam
investasi jaminan hari tua. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Ketenagakerjaan adalah salah satunya. BPJS merupakan sebuah lembaga negara yang
merupakan pengejawantahan dari amanat yang dituliskan dalam Undang-Undang.
Lembaga ini dahulu bernama PT. Jamsostek dan resmi berubah nama menjadi BPJS
Ketenagakerjaan sejak 1 Januari 2014.
Sebagai lembaga yang
bergerak di bidang sosial, BPJS Ketenagakerjaan berupaya untuk memberikan
perlindungan yang terbaik bagi tenaga kerja dalam menyiapkan bekal hari tuanya.
Saat ini BPJS menawarkan beberapa program jaminan, diantaranya Program Jaminan Hari Tua (JHT) dan Program Jaminan Pensiun. Lalu apa dan bagaimana sebenarnya
Program Jaminan Hari Tua dan Program Jaminan Pensiun itu? Program Jaminan Hari Tua (JHT) merupakan sebuah program jaminan bagi tenaga kerja di usia tua dengan
memberikan uang tunai yang besarannya bergantung jumlah akumulasi iuran
ditambah pengembangannya. Sedangkan Program Jaminan Pensiun adalah sebuah
program yang memberikan jaminan bagi tenaga kerja yang telah memasuki usia
pensiun dengan memberikan penghasilan setiap bulannya agar kehidupannya dapat
terjamin lebih baik.
Kedua program jaminan
hari tua dari BPJS tersebut selain memberi kemudahan dalam pendaftarannya juga
memberikan kemudahan bagi penerimaannya. Bandingkan dengan asuransi atau
program jaminan hari tua lainnya? Saya pernah bertanya pada seorang teman
tentang keengganannya ikut program asuransi apapun. Alasannya karena pada
dasarnya teman saya itu terlanjur kecewa karena dahulu ia pernah ikut program
asuransi akan tetapi sangat susah melakukan pengurusan klaim atas asuransinya
tersebut. BPJS Ketenagakerjaan berbeda! Sebagai lembaga negara, BPJS
Ketenagakerjaan bekerja secara profesional. Pelayanan yang diberikan juga
begitu baik. BPJS tentu tak akan pernah membuat pengguna jasanya kecewa. Sebab
jika sampai demikian, bukan hanya nama BPJS yang rusak namun juga nama
pemerintah sebagai penyedia layanan BPJS akan hancur.
Selain kedua program
tersebut, BPJS Katenagakerjaan juga memiliki program-program lainnya yang tak
kalah bermanfaat, diantaranya adalah Program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK),
Program Jaminan Kematian (JKM), Program Jaminan bagi Pekerja Bukan Penerima
Upah (BPU), dan Program Jasa Konstruksi.
Kita harus sadar
bahwa untuk menikmati kesejahteraan di hari tua memang harus terlebih dahulu
melakukan pengorbanan. Bergabung di BPJS Ketenagakerjaan dan menyisihkan
beberapa persen saja dari uang bulanan kita tentu tak ada artinya dibandingkan
dengan jaminan kenyamanan yang akan kita dapatkan kelak. BPJS Ketenagakerjaan
patut menjadi pilihan wajib bagi kita yang notabenenya tenaga kerja untuk
mempercayakan hari tua kita kepadanya. Bergabung di BPJS adalah investasi
cerdas yang harus dilakukan.
Suatu ketika saya
berjumpa dengan seorang pria tua di sebuah Masjid. Ia terlihat begitu lelah. Saya
pun mencoba berbincang kepadanya. Dari perbincangan kami, saya ketahui bahwa
pria tersebut bekerja sebagai Tukang Sapu Jalan. Namun, dibalik pekerjaannya
itu ada satu hal yang menarik. Rupanya pria tersebut adalah seorang sarjana
ekonomi dari universitas ternama. Ketika menamatkan kuliah, pria tersebut
memilih bekerja di sebuah perusahaan besar yang bergerak di bidang pelayaran. Gaji
yang ia terima waktu itu cukup besar. Sekitar 15 tahun berlalu, pria tersebut
putus kontrak dengan perusahaan tempat ia bekerja. Dan kini ia memilih menjadi
Tukang Sapu Jalanan dengan satu tujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup
keluarganya. Ia pun mengungkapkan penyesalannya yang mendalam.
Yang tua yang bahagia
adalah mereka yang menikmati hasil dari jerih payah kerjanya. Apa yang dialami
pada pria tersebut jangan sampai pula terjadi pada kita. Usia tua adalah saat
kita untuk duduk di rumah menikmati hari-hari senja. Usia tua harusnya
dinikmati dengan sebaik-baiknya untuk berkumpul bersama keluarga penuh canda
dan tawa. Usia senja harusnya dihabiskan untuk semakin mendekatkan diri pada
Sang Pencipta. Usia tua TIDAK untuk dihabiskan bekerja mencari nafkah. Untuk
itu, sudah saatnya kita bertanya dalam hati, “sudahkah saya memiliki bekal
jaminan hari tua?”. Sudah saatnya kita berpikir jernih bahwa hidup adalah
rangkaian sebab akibat. Mereka yang masa tuanya dapat tersenyum bahagia adalah
mereka yang sadar bahwa hidup adalah pilihan dan mereka memilih untuk hidup
bahagia. Pada akhirnya, marilah kita meresapi pesan Nabi Muhammad SAW,
“Ingatlah lima perkara sebelum datang lima perkara: SEHAT sebelum SAKIT, MUDA
sebelum TUA, KAYA sebelum MISKIN, LAPANG sebelum SEMPIT, dan HIDUP sebelum
MATI”. Semoga kita senantiasa berbahagia dengan jaminan hari tua.
/>lifestyle, pensiun
No comments:
Post a Comment
Jangan lupa komentarnya ya! Berkomentarlah dengan bijak dan relevan!