MENANTI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 JILID BARU
Oleh Alamsari, M. Pd.
(Guru SMP Negeri 4 Rantau Panjang, Ogan Ilir)
Apa
kabar Kurikulum 2013? Pasca penghentian sementara oleh Mendikbud Anies
Baswedan—hingga saat ini Kurikulum 2013 masih terus dilakukan penyempurnaan.
Berbagai masukan berupa kajian terhadap aspek isi maupun sistematika terus
dihimpun oleh Pemerintah (Kemdikbud) guna melakukan penyempurnaan Kurikulum
2013.
Sekedar merefleksi—pada akhir 2014 lalu,
pemerintah melalui Kemdikbud mengeluarkan surat keputusan untuk menghentikan
penerapan Kurikulum 2013. Konsekuensinya, sekolah yang semula menerapkan
Kurikulum 2013 pada semester ganjil harus kembali lagi menggunakan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada semester genapnya. Kebijakan penghentian
sementara tersebut diambil setelah pemerintah melakukan berbagai kajian
mendalam terhadap permasalahan yang timbul dalam penerapan Kurikulum 2013. Dari
hasil kajian itu, ditemukan banyak sekali masalah baik pada tingkat pusat
maupun pada tingkat daerah (sekolah), seperti, keterlambatan buku siswa dan guru,
pelatihan guru yang kurang efektif, penerapan yang amburadul, hingga indikasi
terjadinya korupsi anggaran Kurikulum 2013.
Kurikulum 2013
Jilid Baru
Sudah
sedemikian banyak dampak yang ditimbulkan oleh Kurikulum 2013. Kurikulum adalah
jantungnya pendidikan. Maju atau tidaknya pendidikan bergantung pada
kurikulumnya. Untuk itu, sudah seharusnya pemerintah serius dalam menangani
carut marutnya Kurikulum 2013. Saat ini memang pemerintah tengah melakukan
kajian-kajian terhadap Kurikulum 2013 mulai dari analisis standard kompetensi
lulusan (SKL), kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar (KD), sampai pada
teknik penilaian hasil belajar siswa. Bagian-bagian yang rumit dan dianggap terlalu
kompleks akan disederhanakan sehingga lebih mudah untuk diimplementasikan oleh
guru-guru di sekolah.
Apa yang dilakukan pemerintah merupakan
langkah yang sangat bagus. Penulis sendiri berkeyakinan seiring waktu konsep
Kurikulum 2013 akan menjadi semakin sempurna. Namun, pemerintah sebaiknya perlu
pula mewaspadai berbagai permasalahan lain, yakni pelaksana (guru) Kurikulum
2013 itu sendiri. Pemerintah musti pula membenahi guru-gurunya sebab sesempurna
apapun kurikulumnya, hanya akan menjadi sesuatu yang tak berharga jika guru
tidak mampu melaksanakannya dengan baik.
Banyaknya keluhan guru terhadap Kurkulum
2013 adalah indikator bahwa sebagian besar guru kita telah gagal paham terhadap
Kurikulum 2013. Akibatnya sistem pembelajaran dengan pendekatan saintifik dianggap sebagai sesuatu yang rumit dan sulit
dilakukan. Adanya beragam instrumen penilaian hasil belajar juga dianggap
terlalu membebani guru. Sehingga tak heran, keputusan penghentian Kurikulum
2013 beberapa waktu lalu langsung disambut dengan gembira oleh guru.
Setali tiga uang, pendahulunya dulu
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) juga mengalami nasib serupa. Konsep
dalam KTSP sebenarnya sudah sangat bagus, akan tetapi seiring pelaksanaanya di
lapangan justru ilmplementasinya tidak sesuai dengan konsep yang ada. Guru
masih saja mengajar dengan pola teacher centered dan bukannya student centered.
Dalam mengajar pun guru tempak kaku dengan hanya menerapkan metode ceramah saja
tanpa menggunakan metode lain yang sifatnya mengeksplorasi pengetahuan dan
keaktifan siswa
Pemerintah sendiri sesungguhnya telah
menyadari bahwa permasalahan utama terkait kisruh Kurikulum 2013 adalah
terletak pada guru sebagai pelaksana intinya. Pada masa Mendibud M. Nuh,
pemerintah malah telah melakukan pelatihan terhadap ribuan guru di seluruh
Indonesia. Pelatihan tersebut bahkan telah menyedot anggaran yang jumlahnya
cukup fantastis. Namun nyatanya? Di lapangan, sepulangnya dari pelatihan guru
masih saja mengajar dengan menrapkan pola pembelajaran yang lama. Pada
akhirnya, harus diakui bahwa pelatihan yang telah dilakukan terksesan menjadi
sia-sia karena tak ada efek yang membekas. Dan kini, di masa pemerintahan yang
baru, pemerintah kembali berencana
memberikan pelatihan Kurikulum 2013 kepada guru-guru.
Kita tentu tak ingin permasalahan serupa
terulang lagi. Jangan sampai pelatihan yang bakal digelar selanjutnya menjadi
sia-sia. Untuk itu, pemerintah perlu menyiapkan strategi khusus guna memastikan
guru melaksanakan Kurikulum 2013 sesuai dengan yang diharapkan. Pemerintah
sebaiknya tidak berhenti hanya sebatas memberikan pelatihan akan tetapi harus
dilanjutkan pada upaya merevolusi mental guru. Revolusi mental yang dicanangkan
oleh presiden Jokowi tentu dirasa lebih efektif menyelesaikan berbagai
permasalahan terkait guru. Sudah saatnya guru diubah menjadi pribadi baru
sehingga menjadi pendidik yang bermental cerdas, kreatif, inovatif, suka tentangan
dan berjiwa maju. Akhirnya semoga implentasi Kurikulum 2013 di masa mendatang
dapat lebih baik lagi. Semoga saja!
No comments:
Post a Comment
Jangan lupa komentarnya ya! Berkomentarlah dengan bijak dan relevan!