Sebagai rangkaian dari Lomba Inovasi Pembelajaran (INOBEL) baik tingkat SD maupun SMP, maka Kementerian Pendidikan telah menyeleksi sebanyak 240 karya terbaik dari sekitar 1000 lebih karya yang masuk ke meja panitia INOBEL 2016. Selanjutnya 240 peserta dengan karya terbaik itu akan mengikuti Workshop Perlombaan Inovasi Pembelajaran. Workshop tersebut dibagi menjadi dua wilayah, yakni gelombang pertama sebanyak 120 peserta mengikuti workshop di Bogor dari tanggal 10-14 Oktober 2016. Sedangkan 120 peserta lainnya akan mengikuti worksop di Batam dari tanggal 17-21 Oktober 2016. Saya sendiri sangat bersyukur sekali, karena karya Inovasi Pembelajaran yang saya kirimkan berhasil lolos dan masuk ke dalam 240 karya terbaik tersebut. Semoga saya dapat memberikan hasil yang terbaik, terutama mewakili kabupaten saya Ogan Ilir. Amin. Berikut nama-nama peserta dengan karya terbaik angkatan 2 di Batam 17-21 Oktober 2016.
Monday, 10 October 2016
Monday, 26 September 2016
Membangun Negeri: Pedih Antara Teknologi Informasi dan Sesuap Nasi
Membangun
Negeri:
Pedih
Antara Teknologi Informasi dan Sesuap Nasi
Saya
Alamsari. Sudah hampir enam tahun saya bertugas di SMP Negeri 4 Rantau
Panjang—sebuah sekolah kecil dengan tiga kelas—letaknya di ujung desa tepat di
tengah kebun warga Kecamatan Rantau Panjang Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera
Selatan. Sekolah kami hanya memiliki 60-an peserta didik saja. Hampir semua
siswa kami adalah anak dari keluarga tidak mampu sehingga jangan heran, jika
ada beberapa peserta didik kami yang masih belum punya televisi di rumahnya. Apalagi
laptop atau hape android! Kedua benda ini masih begitu sangat jauh dari rumah
mereka.
Bagi
peserta didik kami, uang adalah benda yang sangat mahal karena memang sulit
didapat. Orang tua mereka harus pontang panting kesana kemari bekerja demi
mendapat sepeser rupiah. Tak jarang! Banyak peserta didik kami yang juga turut
serta membantu orang tua mereka bekerja—untuk dapat bertahan hidup, tentunya!
Bahkan beberapa diantara peserta didik kami, harus pula putus sekolah (tidak
melanjutkan ke jenjang berikutnya) karena mereka lebih memilih bekerja membantu
orang tuanya.
Di
sekolah—permasalahan ekonomi keluarga tentu sangat berdampak terhadap prestasi
peserta didik kami. Ya! Bisa dibayangkan—daripada membeli buku yang harganya
“wah” atau lebih baik uang yang ada digunakan untuk membeli beras agar bisa
makan. Jadi! Jangan heran jika peserta didik kami tidak memiliki buku sama
sekali. Hal itu tentunya menjadi permasalahan serius bagi kami. “Bagaimana
peserta didik dapat pandai jika tidak membaca? Padahal buku adalah gerbang ilmu
dan membaca adalah kuncinya”.
Label:
Artikel,
Curahan hatiku,
Pembelajaran,
Pendidkan
Saturday, 24 September 2016
RAMAI-RAMAI "GP"
Tulisan ini dimuat di Harian Tribun Sumsel, Kamis/ 22 September 2016.
Ramai-Ramai “GP”
Oleh Alamsari,
M.Pd.
(Guru SMPN
4 Rantau Panjang,
Pengurus MGMP SMP Bahasa Indonesia Ogan
Ilir)
“Kemdikbud harus merancang
strategi yang tepat untuk meningkatkan kualitas guru. Guru Pembelajar adalah
salah satunya tetapi bukan sebagai satu-satunya alat peningkatan kualitas.
Pelaksanaan Guru Pembelajar memiliki banyak masalah dan cenderung merampas hak
dan semakin menyusahkan guru. ”
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) kembali melakukan
terobosan baru. Kali ini, Kemdikbud telah resmi meluncurkan program Guru
Pembelajar (GP). Program tersebut dilaksanakan secara masif dan massal bagi seluruh
guru di Indonesia mulai bulan September—November. Ada tiga jenis GP yang dilakukan,
yakni GP moda daring, GP moda kombinasi, dan GP moda tatap muka penuh. Kemdikbud mengklaim bahwa tujuan dilaksanakannya GP
merupakan upaya untuk menjadikan guru memiliki kompetensi yang mumpuni di
bidangnya baik profesional maupun pedagogik.
Sesuai namanya, “Guru Pembelajar”—tujuan utama dari
program ini adalah agar guru menjadi insan yang senantiasa belajar. Pemikiran tersebut
dilandasi konsep bahwa jika di sekolah guru senantiasa menyuruh siswa untuk
belajar—maka gurunya pun juga harus belajar sama seperti siswa yang diajari
tersebut. Pemikiran tersebut memang sungguh bagus, sebenarnya. Kita sepakat
memang sebagai seorang guru, sebelum menyuruh siswa belajar—gurunya harus
terlebih dahulu belajar. Belajar sepanjang hayat dimana saja dan kapan saja.
Dengan belajar, guru akan semakin bertambah berkualitas di bidangnya. Saya
sendiri sepakat dan mendukung penuh pelaksanaan program Guru Pembelajar ini.
Akan tetapi sungguh sayang, diawal pelaksanaannya—Guru Pembelajar justru telah
menuai banyak polemik yang alih-alih mampu meningkatkan kualitas guru—akan
tetapi justru merenggut hak dan semakin menyusahkan guru itu sendiri.
Tuesday, 20 September 2016
PENDAMPINGAN KURIKULUM 2013 TAHUN 2016
Pendampingan Kurikulum 2013 tahun 2016 di Kabupaten Ogan Ilir dilaksanakan di enam sekolah cluster dengan masing-masing satu hingga dua sekolah imbas di tiap-tiap cluster. Pendampingan Kurikulum 2013 ini dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang ditentukan mulai bulan September hingga November 2016 mendatang. Dalam pelaksanaan pendampingan ini dilibatkan dua tim pendamping yang terdiri dari sepuluh orang dengan mapel berbeda di setiap tim. Saya sendiri masuk ke dalam tim satu yang menangani tiga sekolah cluster. Dalam pendampingan ini diterapkan pola IN-ON dengan tiga kali IN dan tiga kali ON.
Subscribe to:
Posts (Atom)