Selamat Datang di www.pengingatku.blogspot.com

Monday, 6 March 2017

MENGASUH KEDUA ADIK

Mengasuh Kedua Adik
Oleh
Alamsari

Fajar belum menyingsing. Ibu sudah tak nampak di rumah. Sejak pukul tiga dini hari tadi ibu sudah pergi ke pasar. Di sana ibu berjualan sayur-sayuran. Setelah ayah tiada, ibu menjadi tulang punggung keluarga. Biasanya ibu akan berjualan hingga menjelang zuhur.
Sementara ibu berjualan di pasar, Hengki dan nenek menjaga rumah. Hengki dan nenek biasanya berbagi tugas. Nenek membereskan rumah dan memasak sedangkan Hengki bertugas mengasuk kedua adiknya; Deka dan Padli. Deka adiknya yang bungsu baru berumur tiga tahun sedangkan Padli berumur lima tahun.
Hengki mengajak Deka dan Padli bermain di halaman rumah. Deka digendong di sebelah kanan dan Padli digendong di belakang. Walaupun Hengki baru berumur delapan tahun, tetapi Hengki cukup kuat menggendong kedua adiknya yang gendut-gendut itu.
“Nah...Ayo turun! Kita main di sini saja ya!” Ujar Hengki. Hengki menurunkan kedua adiknya. Hengki membiarkan kedua adiknya bermain sebebas-bebasnya. Deka dan Padli bermain tanah. Mereka sangat gembira. Hengki sendiri sibuk mengumpulkan sampah yang ada di sekitarnya. Sampah-sampah itu dikumpulkan hingga membentuk seperti gundukan. Hengki mengeluarkan korek api dan membakar sampah-sampah yang telah dikumpulkannya itu.

PENAMPAKAN TULISAN SAYA DI LAMPUNG POST EDISI MARET 2017

Alahamdulillah, tulisan cerita anak (cernak) yang saya kirimkan dimuat di koran Lampung Post edisi Minggu, 5 Maret 2017. Sungguh membahagiakan bagiku. Ini adalah cernak kedua yang dimuat di koran itu. Semakin tambah semangat nulis lagi deh! 
untuk membaca cerita lengkap boleh langsung ke SINI

Thursday, 2 March 2017

SEKOLAH NEGERI KALAH UNGGUL

SEKOLAH NEGERI KALAH UNGGUL


Alamsari, M.Pd.
(Guru SMPN 4 Rantau Panjang, Ogan Ilir,
Pengurus MGMP SMP Bahasa Indonesia, Ogan Ilir)

Sekolah negeri memiliki banyak peluang untuk menjadi berkualitas. Seharusnya sekolah negeri justru mampu menjadi lebih maju dibanding sekolah swasta. Akan tetapi sekolah negeri seolah tak berdaya. Tak heran, di beberapa tempat sekolah negeri mulai ditinggalkan peminatnya

Pilih negeri atau swasta? Siswa di hampir kebanyakan sekolah di Jawa akan pilih bersekolah di swasta. Siswa unggul berbondong-bondong masuk sekolah swasta. Sekolah negeri hanya menjadi pilihan kedua. Lalu bagaimana dengan sekolah negeri di Sumsel? Sama saja. Walaupun mungkin tidak seekstrem seperti di Jawa.
Di Palembang kondisinya masih cukup baik. Sekolah negeri masih cukup perkasa. Mereka mampu mempertahankan kualitas institusinya. SMA 17 dan SMA Sumsel misalnya. Sekolah itu terkenal dengan kualitas pendidikannya yang nomor wahid. Kualitasnya sudah tak diragukan lagi. Banyak generasi unggul yang telah berhasil dicetaknya. Namun sayang, mahalnya biaya bersekolah disana seolah menciptakan pemakluman "wajar jika". Wajar jika sekolah itu bagus toh biayanya juga jutaan rupiah.

TULISAN SAYA DI MEDIA MASSA MARET 2017

Alhamdullillah, untuk kesekian kalinya tulisan opini saya dimuat di media massa Harian Tribun Sumsel, edisi Rabu, 1 Maret 2017. Sungguh menyenangkan. Selamat membaca. Selamat berkarya.