Selamat Datang di www.pengingatku.blogspot.com

Thursday 2 March 2017

SEKOLAH NEGERI KALAH UNGGUL

SEKOLAH NEGERI KALAH UNGGUL


Alamsari, M.Pd.
(Guru SMPN 4 Rantau Panjang, Ogan Ilir,
Pengurus MGMP SMP Bahasa Indonesia, Ogan Ilir)

Sekolah negeri memiliki banyak peluang untuk menjadi berkualitas. Seharusnya sekolah negeri justru mampu menjadi lebih maju dibanding sekolah swasta. Akan tetapi sekolah negeri seolah tak berdaya. Tak heran, di beberapa tempat sekolah negeri mulai ditinggalkan peminatnya

Pilih negeri atau swasta? Siswa di hampir kebanyakan sekolah di Jawa akan pilih bersekolah di swasta. Siswa unggul berbondong-bondong masuk sekolah swasta. Sekolah negeri hanya menjadi pilihan kedua. Lalu bagaimana dengan sekolah negeri di Sumsel? Sama saja. Walaupun mungkin tidak seekstrem seperti di Jawa.
Di Palembang kondisinya masih cukup baik. Sekolah negeri masih cukup perkasa. Mereka mampu mempertahankan kualitas institusinya. SMA 17 dan SMA Sumsel misalnya. Sekolah itu terkenal dengan kualitas pendidikannya yang nomor wahid. Kualitasnya sudah tak diragukan lagi. Banyak generasi unggul yang telah berhasil dicetaknya. Namun sayang, mahalnya biaya bersekolah disana seolah menciptakan pemakluman "wajar jika". Wajar jika sekolah itu bagus toh biayanya juga jutaan rupiah.
Di berbagai kabupaten Sumsel nasibnya cukup miris. Hampir tak ada sekolah negeri yang dapat dikatakan berkualitas. Jika pun ada paling hanya satu atau dua sekolah saja yang benar-benar berkualitas unggul. Sisanya? Kebanyakan sekolah negeri hanya menang nama atas labelnya saja sebagai sekolah unggulan. Namun kualitas sekolah secara utuh masih jauh dari apa yang diharapkan. Lalu bagaimana dengan sekolah negeri biasa tanpa label apapun juga? Kondisinya tentu lebih memiriskan lagi.
Sebenarnya apa masalahnya sehingga sekolah negeri seolah sulit menjadi sekolah berkualitas jitu? Sekolah negeri seharusnya beruntung. Mengapa? Pertama: Sekolah negeri mendapatkan dana Bantuan Operasional Siswa (BOS) yang besarnya bergantung jumlah siswa. Besaran BOS yang diterima bervariasi mulai dari Rp. 800 ribu sampai Rp. 1.200 ribu per siswa/tahun. Sekarang bayangkan! Jika di suatu sekolah ada seratus murid berapa jumlah dana bantuan yang didapat?
Kedua: Ini yang penting. Sekolah negeri memiliki tenaga pendidik dan kependidikan yang sebagian besar berstatus pegawai negeri. Apa artinya? Artinya gaji mereka telah dibayar oleh pemerintah. Dengan demikian, sekolah dapat menghemat penggunaan dana karena tak perlu pusing lagi memikirkan biaya untuk gaji para gurunya. Lain halnya dengan sekolah dimana mayoritas pendidik dan tenaga kependidikannya berstatus honorer. Tentu dana yang didapat akan terserap untuk pembiayaan gaji mereka.
Ketiga: Peluang mendapat bantuan terbuka lebar. Hampir semua sekolah negeri di kab/kota pernah menerima bantuan pembangunan. Di beberapa sekolah yang statusnya unggulan, bantuan yang diberikan bahkan sangat berlimpah sehingga sekolahnya dapat terlihat sangat megah.
Jika demikian, lalu mengapa sekolah negeri seperti tak berdaya? Menurut hemat saya, ada beberapa penyebab mengapa sekolah negeri sulit berkualitas dibanding sekolah swasta. Pertama: Sekolah negeri memiliki semua peluang untuk menjadi sekolah dengan kualitas tangguh JIKA sekolah itu MAU. Nyatanya? Saya katakan bahwa hampir kebanyakan sekolah negeri sepertinya memang tak mau maju. Mengapa saya katakan begitu? Lihat di lapangan. Berapa banyak sekolah yang benar-benar dimanajemen dengan baik? Sedikit sekali jumlahnya. Kebanyakan sekolah negeri dipimpin oleh kepala sekolah yang kurang memiliki kompetensi mumpuni. Jika ditelisik lebih seksama, hampir sebagian besar kepala sekolah yang ada tidak melalui sistem seleksi terlebih dahulu. Jika demikian, dapat kita tebak bagaimana kinerjanya? Hampir tak ada ide kreatif dan inovatif yang dikeluarkannya. Mereka hanya sekedar mengandalkan program kerja biasa namun menurutnya sudah luar biasa karena kepala sekolah tersebut memiliki pengetahuan dan wawasan yang sempit. 
Kedua: Dengan anggaran yang telah tersedia melalui dana BOS seharusnya sekolah negeri justru lebih mudah melangkah dalam memajukan sekolah. Bandingkan dengan sekolah swasta yang notabenenya harus pusing menyisihkan anggaran untuk memajukan sekolahnya. Namun nyatanya? Kebanyakan sekolah negeri selalu berdalih tak punya anggaran untuk membiayai segala program peningkatan kualitas sekolahnya. Padahal, jika kepala sekolah tersebut cerdik cendikia, saya yakin berapapun dana BOS yang didapat tentu bisa dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Di sisi lain—dengan alasan keterbatasan anggaran, sedikit sekali sekolah negeri yang memberikan apresiasi sepantasnya kepada guru dengan kinerja bagus. Segala macam pelatihan hampir tak pernah difasilitasi oleh sekolah. Guru harus berjuang sendiri jika ingin berkembang maju. Hasilnya, banyak guru yang sebenarnya berkompetensi justru tidak dapat berkembang. 
Lalu masih adakah alasan bagi sekolah negeri untuk tidak berkualitas? Satu-satunya alasan adalah karena memang sekolah negeri membiarkan dirinya terjebak dalam kondisi biasa. Mereka merasa tak memiliki beban untuk meningkatkan kualitas instituasinya karena memang tak ada efek berarti bagi mereka. Toh, bagi mereka sekolah negeri akan tetap diminati karena biaya pendidikannya gratis walaupun tidak berkualitas sekalipun. Berbeda halnya dengan sekolah swasta—jika tidak berkualitas maka akan ditinggalkan oleh peminatnya.
Dalam suatu seminar pendidikan seorang narasumber yang sekaligus pakar pendidikan pernah bertanya "Siapa disini yang sekolahnya sekolah unggulan?". Tak ada seorangpun yang menunjuk. Padahal saya tahu banyak diantara yang hadir adalah kepala sekolah unggulan. Mengapa mereka tidak berani menunjuk? Hal tersebut membuktikan memang hampir tak ada sekolah negeri yang benar-benar berkualitas dalam arti seutuhnya. Berkualitas sarana dan prasarananya serta berkualitas dalam hal sumber daya manusianya.

Kepala sekolah, guru,  siswa, dan dana merupakan modal utama dalam membangun sekolah berkualitas unggul. Namun diperlukan kerjasama yang baik antar elemen tersebut sehingga mampu menciptakan sekolah sesuai visi/misi yang diharapkan. Sudah saatnya sekolah negeri berbenah. Berangsur pulih dari penyakit kronis yang dideritanya.

2 comments:

Jangan lupa komentarnya ya! Berkomentarlah dengan bijak dan relevan!