Selamat Datang di www.pengingatku.blogspot.com

Monday, 23 March 2020

Kata Baku dan Tidak Baku

KATA BAKU DAN TIDAK BAKU

(Alamsari, M.Pd.)

Datang kumbang mengisap sari
Sejuk embun memercik tubuh
Marilah kita sempatkan diri
Belajar materi kata yang baku

Halo anak-anak semuanya! Apa kabarnya? Setelah kemarin kita belajar mengenai kalimat efektif tiba saatnya kita bersama-sama belajar mengenai kata baku dan tidak baku.

Pernahkah kalian mendengar istilah kata baku? 

Jika kalian pergi membeli obat maka kalian akan membelinya di mana? Tentu saja di toko obat. Tempat menjual obat dinamakan apotek. Namun terkadang banyak toko obat yang salah dalam menuliskan kata apotek tersebut. Kebanyakan justru menulis dengan kata apotik. Kata apotik jelas merupakan penulisan yang salah karena kata yang penulisannya benar adalah apotek. 

Penulisan kata yang benar dan tidak benar itulah yang dimaksud dengan kata baku dan tidak baku.

Kata baku adalah kata yang penulisannya sesuai dengan ejaan yang disempurnakan. Untuk mengetahui suatu kata baku atau tidak kita dapat mengeceknya di dalam kamus bahasa Indonesia. 

Sekarang sudah ada kamus bahasa Indonesia digital yang dapat kalian unduh di playstore gawai kalian masing-masing. Caranya buka playstore dan ketik kbbi v. Kemudian instal dan kamus siap digunakan.



Mengapa kamus bahasa Indonesia sangat diperlukan karena begitu banyak kata yang penulisannya tidak baku di sekitar kita. Penulisan kata yang tidak baku tersebut biasanya terjadi karena kekurangtahuan si pengguna terhadap penulisan yang benar dari kata tersebut. Banyaknya penulisan kata yang tidak baku di sekitar kita menjadikan kata tidak baku tersebut tersebar luas di masyarakat dan tidak karang dipakai dalam percakapan sehari-hari.

Perhatikan contoh berikut!

Dia mengambil jurusan tehnik. 

Pada kalimat tersebut terdapat kata yang penulisannya tidak baku, yakni tehnik. Kata tehnik bahkan sudah lumrah dipakai di banyak tempat. Kata tehnik seharusnya ditulis teknik. 

Atau mungkin kalian sering pergi ke tempat ibadah? Biasanya sangat lumrah tempat ibadah di kampung-kampung di tulis dengan kata mushollah. Benarkah kata tersebut? Penulisan kata mushollah ternyata tidak benar. Akan tetapi sampai sekarang masih banyak digunakan orang. Padahal penulisan kata yang benar adalah musala. Tentu mendengar kata musalah tetsebut agak aneh bukan? Hal itu disebabkan kita hampir tidak pernah mendengar kata musalah tersebut.

Ada banyak sekali penulisan kata yang salah di sekitar kita. Tugas kalian adalah menghilangkan kebiasaan penulisan lata yang salah tersebut. Kalian harus membiasakan penggunaan kata yang baku dalam kehidupan sehari-hari.

Nah, sekarang tugas kalian adalah mengidentifikasi kata baku dan tidak baku. Silakan klik tautan berikut untuk mengerjakannya.


Selamat mengerjakan! Semoga sukses ya.


Sunday, 22 March 2020

MENGIDENTIFIKASI KALIMAT EFEKTIF

MENGIDENTIFIKASI KALIMAT EFEKTIF

Alamsari  M.Pd.

(Materi pembelajaran daring Kelas IX SMP Negeri 1 Indralaya Utara)

Alangkah senang di taman kota
Melihat orang bermain gasing
Walau kita ada di rumah
Tetaplah belajar melalui daring

Halo anak-anak semuanya!
Pada kesempatan pertama pembelajaran daring ini, kita akan mempelajari materi "Mengidentifikasi Kalimat Efektif"

Sebelumnya silakan isi presensi (kehadiran) di tautan berikut sebagai bukti bahwa anak-anak hadir dalam pembelajaran daring!

FORM PRESENSI KEHADIRAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS IX

Tahukah kamu apa yang dimaksud dengan kalimat efektif?
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mmengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat dan dapat dipahami secara tepat pula (Buku Praktis Bahasa Indonesia, 2011:91)

Kalimat dikatakan efektif jika:
1. Minimal terdiri dari subjek dan predikat;
2. Menggunakan ejaan yang disempurnakan;
3. Menggunakan diksi yang tepat.

Perhatikan contoh berikut!

Contoh 1: 
Jika bus ini mengambil penumpang di luar agen supaya melaporkan kepada kami.

Kalimat tersebut tidak efektif karena ada bagian yang hilang. "Siapa yang harus melaporkan?"
Perbaikan kalimat tersebut seharusnya sebagai berikut.

Jika bus ini mengambil penumpang di luar agen, Anda diharap melaporkannya kepada kami.

Contoh 2:
Para hadirin semuanya diharap berdiri.

Kalimat tersebut tidak efektif karena menggunakan kata mubazir. 
Kata "para" "hadirin" "semuanya" sama-sama memiliki arti menyatakan banyak. Oleh karena itu, kita cukup menggunakan salah satu kata tersebut dalam kalimat sehingga perbaikannya sebagai berikut.

Hadirin diharap berdiri.

Contoh 3:
Dia merapikan daripada tempat tidurnya.

Kalimat tersebut tidak efektif karena terdapat penggunaan kata yang tidak tepat, yakni daripada. Seharusnya perbaikan kalimat tersebut sebagai berikut.

Dia merapikan tempat tidurnya.

Lalu bagaimanakah cara untuk mengidentifikasi kalimat tidak efektif?

Beberapa hal yang dapat kamu lakukan sebagai berikut.
1. Bacalah setiap kalimat dengan cermat;
2. Perhatikan setiap kata dalam kalimat;
3. Identifikasilah kata apa saja yang memiliki makna sama atau kata apa yang salah penggunaannya;

Baik anak-anak sekarang saatnya kita latihan soal!

Silakan klik link berikut ini!


Batas waktu pengerjaan soal latihan paling lambat hari Senin 23 Maret 2020 pukul 24.00 WIB. Melebihi batas waktu tersebut, pengerjaan soal latihan tidak akan diterima.




Sunday, 29 September 2019

Dongeng Sebelum Tidur: Budaya Bertutur yang Kian Meluntur


DONGENG MENJELANG TIDUR: BUDAYA BERTUTUR YANG KIAN MELUNTUR

Alamsari, M.Pd.
(SMP Negeri 1 Indralaya Utara)

Mereka berkumpul lalu bertutur. Menceritakan legenda atawa dongeng kepada anak-anaknya. Menjelang tidur—dalam keremangan malam para orang tua mengajarkan norma atau nilai kehidupan melalui cerita sarat makna. Namun itu dulu! Dulu sekali! Sekarang jarang ditemui. Di kampung apalagi di kota—semua seolah hanyut dalam buaian kemajuan zaman yang membuat lena. Padahal mendongeng itu baik. Banyak hal yang bisa dipelajari. Melalui dongeng anak-anak dapat belajar karakter yang penting bagi kematangan pribadinya. Melalui dongeng anak-anak diajarkan berpikir kreatif dan kritis. Melalui dongeng anak-anak menjadi suka bercerita—pada akhirnya mereka akan suka membaca.
Perihal membaca—menjadi momok nyata pada era serba canggih ini. Data BPS tahun 2015 menunjukkan 91% anak Indonesia lebih suka menonton televisi dibandingkan membaca. Setali tiga uang, UNESCO mengatakan bahwa dari seribu orang Indonesia hanya satu orang saja yang memiliki minat membaca. Dalam riset yang dilakukan Center for Social Marketing (CSM) juga diketahui bahwa orang Indonesia rata-rata membaca 0 buku—jauh dari negara tetangga, seperti Thailand (5 buku), Singapura (6 buku), atau Brunai (7 buku).  Tak heran kemampuan literasi anak Indonesia terbilang rendah dari negara tetangga. Hasil PISA tahun 2015 menempatkan Indonesia pada posisi ke 64 dari 72 negara. Mengapa demikian? Penyebabnya karena anak Indonesia tidak terbiasa membaca. Padahal Membaca adalah kunci pembuka cakrawala. Melalui membaca ilmu pengetahuan akan bertambah. Membaca juga melatih kecerdasan berpikir. Oleh karena itulah membaca termasuk ke dalam literasi dasar yang musti dikuasai dan ditumbuhkan sejak dini.

Saturday, 6 April 2019

SAAT HUTAN-HUTAN LESTARI MULAI TERSISIH, APA YANG AKAN TERJADI?


SAAT HUTAN-HUTAN LESTARI MULAI TERSISIH,APA YANG AKAN TERJADI?

HILANG DALAM KELAM

Hutanku,
Bergumul dalam deru
Terseok penuh liku
Tercabik sungguh pilu

Hutan
ku,
Jadi rebutan orang
Dicengkram tangan penguasa
Digusur hingga lebur
Diremuk tanpa bentuk
Dilacur sampai hancur

Hutan
ku,
Berjuta asa
R
ajut hari tanpa daya
Diam membungkam
Hilang dalam kelam

(Alamsari)

“Jajaran pepohonan hijau lestari. Selayar dedaun menarik hati. Binatang hutan riang menari. Sunyi sepi damaikan diri”.

Apa yang kau pikirkan tentang hutan, kawan? Hutan adalah rumah bagi manusia. Ia membawa berjuta makna. Banyak manfaat yang didapat. Sejak awal bumi tercipta, hutan telah ada. Ia menyelimuti seluruh penjuru negeri. Menjadikan dunia hijau penuh aroma. Aroma kesegaran yang menenangkan jiwa. Manusia dengan akalnya diberikan amanah oleh Tuhan yang Maha Kuasa. Memanfaatkan hutan sebaik-baiknya. Boleh saja mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya. Namun harus tetap mengacu pada batasan yang ada. Menjamin keberlangsungan hutan agar tetap lestari.

Menuju Pengelolaan Hutan Lestari
(Topik Forest Talk with Blogger Palembang)
Rumahku ada di ujung kota. Sekitar tahun 80-an, masih sedikit orang yang tinggal di sana. Tak heran, masih banyak hutan di sana. Banyak pepohonan hijau menyejukkan mata. Kala malam tiba, suara jangkrik riang bernyanyi. Kunang-kunang berpijar terbang menari. Kala malam gelap tiba, ribuan laron datang silih berganti. Masa kecilku dihabiskan dengan berpetualang. Menyusuri hutan, mencari burung. Mencari belalang, kupu-kupu, dan capung. Memetik buah jambu monyet yang tumbuh liar. Memanjat pohon dan bergelantungan di atasnya. Sungguh menyenangkan. Hari silih berganti. Pertambahan penduduk tak terhindari. Kebutuhan akan lahan semakin meningkat. Tempatku yang dulu asri, kini gersang sekali. Tak ada lagi jajaran pohon hijau. Semua telah berganti rupa menjadi rumah-rumah mewah. Tak ada lagi udara segar. Yang ada hanyalah kesesakan dan polusi udara. Dan kini jika ke Palembang, satu-satunya hutan yang masih tersisa adalah “Hutan Wisata Punti Kayu”. Dahulu, sewaktu masih SLTP, guruku pernah berkata “Indonesia adalah paru-paru dunia”. Sebagai paru-paru dunia, hutan telah memberi nafas bagi manusia. Tanpa hutan, manusia hanya akan mendapat bencana. Lalu bagaimana eksistensi hutan sekarang? Apakah Indonesia masih layak dijuluki paru-paru dunia?