Selamat Datang di www.pengingatku.blogspot.com

Wednesday, 26 November 2014

ARTIKEL

Budaya Sumsel Aset Pembangunan Menuju Sumsel yang Lebih Maju


1.      Pendahuluan
Sumatera Selatan merupakan salah satu provinsi yang cukup terkenal di Indonesia. Masih jelas di ingatan kita bagaimana Sumsel mampu membanggakan Indonesia dengan mengambil bagian penting dalam penyelenggaraan SEA GAMES XXI yang berhasil dan sukses mengharumkan bangsa kita di tingkat dunia. Tak diragukan lagi, provinsi ini telah mampu mencuri jutaan pasang mata, baik warga Indonesia, maupun warga di berbagai negara lainnya. Tak hanya SEA GAMES berbagai event-event skala nasional maupun internasional lainnya telah banyak dilangsungkan di provinsi ini, mulai dari PON, MTQ, Musi Tribotton, dll. Tak heran jika Sumsel mampu menjadi salah satu provinsi maju yang cukup pesat pertumbuhannya di Indonesia. 
Keberhasilan Sumsel yang dipercaya sebagai tuan rumah penyelenggaraan event-event tersebut, tak lepas dari faktor kebudayaan dan sejarah historisnya. Masih ingat dalam sejarah kita, di provinsi inilah kerajaan terbesar yang dijuluki Kerajaan Sriwijaya pernah berdiri dengan kokohnya. Sekitar abad VII - XII Masehi melalui Kerajaan Sriwijaya, provinsi Sumsel menjadi salah satu bagian dari pusat perdagangan Asia. Setidaknya, kerajaan Sriwijaya telah menyebarkan pengaruhnya hingga ke benua Asia dan Afrika.  
Sebagai daerah yang kaya akan sejarah dan budaya, setidaknya terdapat delapan suku yang ada di Sumsel. Suku-suku tersebut diantaranya adalah Suku Palembang, Suku Komering, Suku Ranau, dan Suku Semendo. Tiap-tiap suku tersebut memiliki bahasa dan adat istiadat yang berbeda. Beragam seni dan budaya juga turut menambah kekayaan Bumi Sriwijaya ini, mulai dari Dulmuluk, Senjang, Tari Tanggai, Tari Gending Sriwijaya, Kain songket, bahkan Rumah Limasnya. Keanekaragaman budaya Sumsel ini perlu dijaga dan dilestarikan bersama agar kelak mampu menjadi salah satu warisan bagi anak cucu kita. Berkaitan dengan hal tersebut, tulisan ini akan membahas budaya-budaya yang ada di Sumsel dan bagaimana menjadikan budaya Sumsel sebagai aset pembangunan menuju Sumsel yang lebih maju.

2.      Sumsel dan Budayanya 
Menurut Samuji (www.sumeksminggu.com) kebudayaan suatu bangsa merupakan indikator dan mencirikan tinggi atau rendahnya martabat dan peradaban suatu bangsa. Begitu pula dengan kebudayaan di Sumsel yang menjadi indikator maju tidaknya peradaban masyarakat Sumsel. Sumatera Selatan merupakan provinsi yang besar yang terdiri dari berbagai daerah, yaitu Palembang, Banyuasin, Musi Banyuasin, Ogan Ilir, Ogan Komering Ilir, OKU, OKUS dan OKUT, Prabumulih, Muara Enim, Lahat, Pagar Alam, Empat Lawang, Lubuk Linggau serta Musi Rawas. Setiap daerah tersebut memiliki berbagai keunikan dan  kekayaan budaya masing-masing.  
Di Palembang misalnya, kita mengenal kesenian Dulmuluk. Kesenian ini merupakan sejenis teater tradisional yang berciri khas kerajaan Palembang. Dalam perkembangannya, kesenian ini semakin eksis terutama dalam setiap pementasan-pementasan baik pada event regional maupun nasional. Selain itu juga, kain songket Palembang juga sungguh sangat mempesona. Beragam motif dan warna menambah elok dan indahnya kain songket ini. Tak heran karena keindahannya tersebut kain songket mampu menarik perhatian dunia internasional. 
Di derah Musi Banyuasin, dikenal pula kesenian Senjang. Senjang merupakan kesenian berbalas pantun yang biasanya ditampilakan pada acara-acara pernikahan dengan diiringi alunan musik. Sang penyanyi yang terdiri dari pria dan wanita saling berpantun. Namun sayang, seiring kemajuan zaman dan pesatnya perkembangan musik di tanah air, kesenian ini pun sudah semakin jarang dilakukan. 
Di daerah Musi Rawas terdapat kesenian tari Piring Gelas dan Tari Silampari. Tari-tarian tersebut biasanya ditampilakan pada acara penyambutan tamu dalam kegiatan-kegiatan besar. Tari tersebut dibawakan oleh sekelompok remaja dengan gaya berlenggak-lenggok yang sungguh indah dipandang. 
Sumsel memang sangat kaya dengan beragam budaya. Selain hal tersebut, Sumsel masih banyak memiliki kebudayaan-kebuadayaan yang sangat unik dan khas. Kebudayaan tersebut dapat kita nikmati dalam berbagai wisata budaya dan sejarah. Wisata budayanya meliputi Bukit Serelo, Gunung Dempo, Rumah Limas, dll. Wisata sejarahnya antara lain Gua Putri, museum di Palembang, kompleks Pemakaman di Bukit Siguntang serta Benteng Kuto Besak yang sudah tersohor dimana-mana.

3.      Upaya menjadikan Budaya Sumsel sebagai Aset pembangunan Menuju Sumsel Maju 
Negara yang maju adalah negara yang menghargai budayanya. Sebagai provinsi yang besar, sudah sepatutnya Sumsel mengidentifikasi dan meramu kembali berbagai kebudayaan yang dimilikinya. Sama halnya seperti hasil tambang ataupun hasil perkebunan, kebudayaan-kebudayaan itu juga sebagai modal utama dalam upaya pembangunan Sumsel menuju Sumatera Selatan yang unggul. 
Untuk menjadikan kebudayaan Sumsel sebagai sarana yang turut mendukung terwujudnya Provinsi Sumsel unggul tersebut, perlu dilakukan upaya-upaya nyata sedini mungkin. Upaya-upaya tersebut sbb. 
1.      Pemerintah Provinsi Sumsel perlu melakukan pengawasan dan pemeliharaan terhadap berbagai aset kebudayaan yang ada. Pengawasan dilakukan sebagai upaya untuk menjaga agar kebudayaan di Sumsel tetap ada sedangkan pemeliharaan ditujukan sebagai upaya untuk melestarikan kebudayaan tersebut hingga anak cucu kita. Sebagai wujud dari pengawasan dan pemeliharaan terhadap asset kebudayaan tersebut, dapat dilakukan dengan beberapa cara.  
Pertama, melalui dunia pendidikan dengan cara menjadikan kebudayaan yang ada di Sumsel terintegrasi dalam setiap mata pelajaran yang diajarkan di sekolah-sekolah.  Melalui dunia pendidikan diharapkan setiap individu di Sumsel mengetahui dan memahami dengan baik kebudayaannya sendiri, sehingga diharapkan dengan pemahaman yang baik tersebut akan tumbuh kesadaran untuk menghargai dan melestarikan kebudayaan tersebut. 
Kedua, melalui pergelaran-pergelaran budaya yang rutin diadakan. Pergelaran-pergelaran tersebut dapat diadakan baik skala regional, nasional maupun skala internasional. 
Ketiga, melalui upaya pengawasan secara langsung terhadap berbagai kebudayaan yang ada. Pengawasan tersebut dapat dilakukan oleh pemerintah provinsi bekerja sama dengan pemerintah daerah atau dapat dilakukan oleh organisasi-organisasi ataupun lembaga-lembaga yang ditunjuk oleh pemerintah. 
2.      Pemerintah Provinsi Sumsel perlu melakukan upaya promosi budaya. Promosi budaya dimaksudkan agar kebudayaan Sumsel tidak hanya diketahui oleh penduduk Sumsel itu sendiri, melainkan dapat diketahui oleh masyarakat secara lebih luas baik pada tataran regional, nasional, maupun internasional. Melalui upaya promosi budaya tersebut, provinsi Sumsel dapat merasakan dampaknya seperti, banyaknya kunjungan wisatawan lokal maupun wisatawan internasional yang ingin mengeksplorasi lebih dalam tentang budaya Sumsel tersebut. Secara tidak langsung dari kunjungan wisatawan tersebut akan dapat menambah devisa daerah. 
3.      Menjadikan kebudayaan sumsel sebagai gaya hidup atau bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Pemerintah provinsi Sumsel hendaknya mampu menjadikan kebudayaan yang ada melekat dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai bagian dari kehidupan, setiap aktivitas yang dilakukan hendaknya didasari atas penerapan niilai-nilai kebudayaan Sumsel. Penerapan kebudayaan tersebut dapat berupa penerapan budaya dalam berbagai acara adat seperti pernikahan, penyambutan tamu keagungan, pentas seni dan budaya, dll. Penerapan kebudayaan tersebut juga hendaknya dilakukan pada semua lini kehidupan mulai dari lingkungan keluarga, RT, RW,  bahkan hingga ke lingkungan pemerintah.

4.       Penutup

Sumsel sebagai provinsi yang besar dan kaya sudah sepantasnya menjaga berbagai kebudayaan yang dimilikinya. Kebuadayaan tersebut haruslah dilestarikan dan diperlihara dengan sebaik-baiknya. Melalui kebudayaan yang kokoh dan lesatri dapat menjadi asset yang sangat berharga bagi upaya pembangunan Sumsel menuju Provinsi yang unggul dan maju.

KISAH HIDUPKU

Satu Duka Dua Kebahagiaan


Pagi itu, 4 Februari 2012,  perasaan begitu cemas menghantuiku. Kulihat hari masih pukul 05.30 WIB. Namun, keringat sudah mengucur dengan derasnya. Bajuku tak elak menjadi basah. Kuambil tas gendongku, lalu aku segera pergi menuju kampusku. Tepat pukul 07.00 WIB, aku sudah sampai di kampus. Ya! Ini adalah hari yang begitu spesial bagiku. Pada hari itu, aku menjalani ujian sidang tesis dalam rangka menyelesaikan program strata-2ku.
Kuambil tesis dari dalam tasku, lalu sedikit kubaca-baca dengan maksud untuk mengurangi kecemasan. Namun, sebenarnya bukan sidang itu yang aku cemaskan. Ada hal lain yang lebih penting dari itu. Pada hari yang bersamaan, sekitar pukul 19.00 WIB nanti malam aku akan menikahi seorang gadis impianku. Gadis yang selama ini aku impi-impikan untuk menjadi pendampingku.
“ Saudara Alam, silahkan Anda masuk” Panggil ketua sidang tesis yang tak lain adalah pembimbing pertamaku. Nurhayati namanya.
Dengan cemas, akupun masuk ke ruangan sidang itu. Lalu segera kumulai presentasiku sekitar 15 menit. Selepas presentasi, tibalah saat dosen penguji bertanya tentang tesis yang aku buat. Kecemasanku semakin menjadi-jadi. Perutku mulai terasa mulas-mulas. Kupikir aku sedang mengalami demam panggung. Namun, kutarik nafas dalam-dalam seraya meyakinkan diri dalam hati bahwa aku bisa menghadapi ujian itu.
Tak seperti yang aku duga, dosen pengujiku bukan bertanya masalah isi tesisku. Malahan mereka bertanya mengenai rencana pernikahanku malam itu.
“ Mas Alam, pukul berapa anda akad nikahnya? Tanya Pak Subadiyono, yang juga merupakan ketua program studiku.
“ Pukul 19.00 WIB pak” Tuturku.
“ Waduh, gimana ini Mas…Mas…nanti kamu tidak keburu sampek di sana. Kabarnya lokasinya jauh ya?” Timpalnya lagi.
“ Ya pak. Lokasinya di Tanjung Enim pak. Lebih kurang 5 jam perjalanan.” Ucapku.
“ Waduh…ya sudah. Saya tidak akan bertanya lagi. Mas Alam cepet-cepet ke sana. Nanti tidak keburu” Ucapnya.
Waktu pun berlalu. Hanya 30 menit saja aku di ruangan sidang itu. Selepas ujian, aku mendapatkan keistimewaan lagi dari dosen-dosenku. Berhubung aku akan melangsungkan akad nikah malam itu, mereka dengan segera mengumumkan nilaiku. Alhamdulillah aku pun mendapat nilai B.
“ Ya…Tak apalah. Daripada aku mendapat nilai C” Pikirku.
***********
Selepas ujian aku segera bergegas meninggalkan kampusku. Saat itu kulihat waktu sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh. Orangtuaku dan keluargaku yang lain segera menjemputku di kampus. Lalu aku dan keluargaku segera menuju ke Tanjung Enim, tempat kediaman calon istriku.
Mobil pun melaju dengan kecepatan penuh. Maklumlah, kami ingin mengejar waktu agar bisa sampai tepat waktu. Di tengah perjalanan, ternyata ban mobil kami pecah. Terpaksa kami harus mengganti ban mobil kami terlebih dahulu. Setelah itu, sekitar 30 menit kami pun melanjutkan perjalan kembali. Di tengah-tengah perjalanan, kami harus meluangkan waktu untuk istirahat; melepas lelah. Jauhnya perjalanan membuat perutku dan keluargaku merasa lapar. Jadi kami pun beristirahat sekaligus makan siang. Selepas itu, barulah kami melanjutkan perjalanan kembali.
Sesampainya di kediaman calon istriku, kami sudah disambut oleh rombongan keluarganya. Kulihat waktu itu sudah pukul 17.00 WIB. Aku beserta keluargaku pun segera bersiap-siap. Tepat pukul 19.00 WIB, semua tamu undangan sudah hadir semua. Rumah calon istriku yang tidak terlalu besar itu pun terlihat sumpek karena berjejalnya manusia. Aku pun duduk dengan tenang di ruang yang sudah dipersiapkan untuk berlangsungnya acara kami. Tentu saja, keringatku kali ini juga bercucuran. Aku merasa begitu cemas. Lebih cemas dibandingkan aku menjalani sidang pagi tadi.
Setelah menunggu sekitar 30 menit, tepat pukul  19.30, acara  akad nikah pun dimulai. Berbagai acara mulai dari kata sambutan, ceramah, samapai acara inti yaitu ijab dan qobul pun dilaksanakan.
“ Saya terima nikah dan kawinnya Lies Maryati dengan mas kawin yang tersebut”
Lalu bergemuruh suara sah menggema. Sebagai pertanda bahwa kami malam itu telah sah menjadi sepasang suami istri. Aku merasa begitu legah. Seolah tak percaya, aku telah melepas masa lajangku dengan menikahi kekasih impianku. Istriku sendiri tak lain adalah teman kuliahku. Lies Maryati namanya. Dia adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Kala kurenungkan dulu, aku terkadang sering tertawa sendiri. Walaupun satu kampus, semasa kuliah aku malah tak pernah berjumpa dengannya. Baru setelah tamat kuliah, aku bertemu dengannya dan saat itu pula aku baru tahu kalau istriku sekampus denganku. Pertemuan kami itu pun hanya sesekali saja. Hingga puncaknya, pada pertemuan yang kelima  aku mencurahkan perasaanku padanya.
***********
Malam itu, selepas akad nikah, kami pun berfoto-foto untuk mengabadikan momen yang bersejarah dalam hidup kami. Sekitar pukul 21.30 WIB, kami pun beristirahat karena kami harus mempersiapkan energi untuk menghadapi acara resepsi esok harinya. Malam itu adalah malam terindah bagi kami berdua. Aku merasa bahagia, bisa menjadi pendamping hidupnya.  Aku bersyukur  karena sekarang aku bisa lebih dekat dengannya untuk selalu menghiburnya di kala duka maupun susah. Ya! Istriku pada waktu itu masih dalam keadaan berduka. Tepatnya pada tanggal 29 Desember 2011, yang tak lain juga merupakan hari kelahiran istriku, ibunya meninggal dunia karena penyakit yang dideritanya. 

Thursday, 13 November 2014

ToT Remedial Ujian Nasional

OLEH-OLEH TRAINING OF TRAINERS REMEDIAL UJIAN NASIONAL REGIONAL BATAM 9--14 NOVEMBER 2014 (BAGIAN LIMA-HABIS)



Peserta Kegiatan ToT Remedial Ujian Nasional Regional Batam Kabupaten Ogan Ilir, Sumsel














ToT Remedial Ujian Nasional

OLEH-OLEH TRAINING OF TRAINERS REMEDIAL UJIAN NASIONAL REGIONAL BATAM 9--14 NOVEMBER 2014 (BAGIAN KEEMPAT)


HARI KEEMPAT

Pukul 07.30 WIB kami sudah berkumpul di ruangan. Masih dalam kelompok mata pelajaran, kali ini materi yang disampaikan oleh narasumber tentang Pengakajian Contoh Soal dan Pembahasannya Sesuai Kisi-Kisi UN. Dalam kegiatan ini, kami diminta untuk mengkaji soal-soal pengayaan Bahasa Indonesia tingkat SMP yang telah diberikan. 

Tujuan utama pengkajian terhadap soal-soal UN adalah untuk memastikan apakah soal-soal tersebut sudah sesuai dengan standar. Seorang penulis soal UN sekalipun tentu tidak luput dari kesalahan. Dalam pengkajian soal UN setidaknya dilihat dari beberapa kriteria, yaitu:

 
Materi
Soal sesuai dengan indikator (menuntut tes tertulis
untuk bentuk pilihan ganda
Materi yang ditanyakan sesuai dengan kompetensi
(urgensi, relevasi, kontinyuitas, keterpakaian sehari-hari tinggi)
Pilihan jawaban homogen dan logis
Hanya ada satu kunci jawaban
 
Konstruksi
Pokok soal dirumuskan dengan singkat, jelas, dan tegas
Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban merupakan
pernyataan yang diperlukan saja
Pokok soal tidak memberi petunjuk kunci jawaban
Pokok soal bebas dan pernyataan yang bersifat negatif ganda
Pilihan jawaban homogen dan logis ditinjau dari segi materi
Gambar, grafik, tabel, diagram, atau sejenisnya jelas dan beriungsi
Panjang pilihan jawaban relatif sama
Pilihan jawaban tidak menggunakan pernyataan
"semua jawaban di atas salah/benar" dan sejenisnya
Pilihan jawaban yang berbentuk angka/waktu disusun berdasarkan 
urutan besar kecilnya angka atau kronologisnya
Butir soal tidak bergantung pada jawaban soal sebelumnya
 
Bahasa/Budaya
Menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah
bahasa  Indonesia
Menggunakan bahasa yang komunikatif
Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu
Pilihan jawaban tidak mengulang kata/kelompok kata
yang sama, kecuali merupakan satu kesatuan pengertian


Materi selanjutnya adalah materi Pengembangan Soal Setara UN dan Pembahasannya. Dalam materi ini, kami diperintahkan untuk menulis soal setara UN. Jumlah soal yang harus kami tulis sebanyak 50 soal. 

Untuk membuat soal setara UN, langkah pertama yang harus dilakukan adalah melihat kisi-kisi soal. Kisi-kisi tersebut kemudian dijabarkan ke dalam indkator dan indikator soal. Setelah indikator dan indikator soal selesai dibuat, langkah selanjuntnya adalah menulis soal berdasarkan indikator dan indikator soal. Satu pelajaran berharga yang saya dapatkan, ternyata menulis soal itu sungguh sulit. Selama ini, para guru kebanyakan hanya menyusun soal. Artinya, hanya memindah-mindahkan atau mengubah sedikit pada bagian-bagian soal tertentu yang sudah ada. Hal itulah yang membedakan menyusun soal dengan menulis soal. Jika menulis soal, kita harus betulbetul menciptakan soal yang belum ada sebelumnya. Artinya, teks-teks yang disajikan sebagai bahan pembuatan soal haruslah teks yang belum pernah dipakai. Teks tersebut dapat diperoleh dari koran, dari internet, atau dari buku (bukan buku kumpulan soal).


HARI KELIMA

Padahari terakhir ini, kami memaparkan soal-soal setara UN yang telah kami kembangkan. Pemaparan soal-soal tersebut dibimbing oleh narasumber. Dari hasil pemaparan, ternyata begitu banyak sekali kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam penulisan soal yang kami buat. Kesalahan-kesalahan tersebut, yaitu kesalahan pengetikan, kesalahan penulisan (EYD dan Tanda Baca), dan kesalahan penulisan konten soal itu sendiri. Hampir semua soal yang kami buat memiliki kesalahan. 

Terkait dengan banyaknya kesalahan pengetikan, narasumber berpesan agar guru sebagai penulis soal hendaknya juga belajar untuk menjadi editor. Soal yang dibuat tentu tidak sekali jadi akan tetapi membutuhkan beberapa kali proses pengerjaan. Pada tahap pengeditan setidaknya membutuhkan enam kali hingga benar-benar dapat memastikan soal yang dibuat layak digunakan. 
Dalam pemaparan, tidak semua soal dapat ditayangkan dan dibahas bersama-sama mengingat terbatasnya waktu. 

Materi selanjutnya, adalah rencana tindak lanjut (RTL). Dalam RTL, kami diminta untuk membuat rencana tindak lanjut berkaitan dengan hasil ToT Remedial Ujian tersebut setibanya di Kabupaten masing-masing. Rencana tindak lanjut yang harus kami buat meliputi RTL tingkat sekolah dan RTL tingkat kabupaten. Pada tingkat sekolah, guru mapel yang telah mengikuti ToT diminta untuk melakukan pengimbasan kepada guru-guru di sekolahnya masing-masing. Pada RTL tingkat kabupaten, guru mapel diminta melakukan pengimbasan kepada guru-guru mapel di seluruh sekolah yang ada di kabupaten tersebut.