Satu Duka Dua Kebahagiaan
Pagi
itu, 4 Februari 2012, perasaan begitu
cemas menghantuiku. Kulihat hari masih pukul 05.30 WIB. Namun, keringat sudah
mengucur dengan derasnya. Bajuku tak elak menjadi basah. Kuambil tas gendongku,
lalu aku segera pergi menuju kampusku. Tepat pukul 07.00 WIB, aku sudah sampai
di kampus. Ya! Ini adalah hari yang begitu spesial bagiku. Pada hari itu, aku
menjalani ujian sidang tesis dalam rangka menyelesaikan program strata-2ku.
Kuambil
tesis dari dalam tasku, lalu sedikit kubaca-baca dengan maksud untuk mengurangi
kecemasan. Namun, sebenarnya bukan sidang itu yang aku cemaskan. Ada hal lain
yang lebih penting dari itu. Pada hari yang bersamaan, sekitar pukul 19.00 WIB
nanti malam aku akan menikahi seorang gadis impianku. Gadis yang selama ini aku
impi-impikan untuk menjadi pendampingku.
“
Saudara Alam, silahkan Anda masuk” Panggil ketua sidang tesis yang tak lain
adalah pembimbing pertamaku. Nurhayati namanya.
Dengan
cemas, akupun masuk ke ruangan sidang itu. Lalu segera kumulai presentasiku
sekitar 15 menit. Selepas presentasi, tibalah saat dosen penguji bertanya
tentang tesis yang aku buat. Kecemasanku semakin menjadi-jadi. Perutku mulai
terasa mulas-mulas. Kupikir aku sedang mengalami demam panggung. Namun, kutarik
nafas dalam-dalam seraya meyakinkan diri dalam hati bahwa aku bisa menghadapi
ujian itu.
Tak
seperti yang aku duga, dosen pengujiku bukan bertanya masalah isi tesisku.
Malahan mereka bertanya mengenai rencana pernikahanku malam itu.
“
Mas Alam, pukul berapa anda akad nikahnya? Tanya Pak Subadiyono, yang juga merupakan
ketua program studiku.
“
Pukul 19.00 WIB pak” Tuturku.
“
Waduh, gimana ini Mas…Mas…nanti kamu tidak keburu sampek di sana. Kabarnya
lokasinya jauh ya?” Timpalnya lagi.
“
Ya pak. Lokasinya di Tanjung Enim pak. Lebih kurang 5 jam perjalanan.” Ucapku.
“
Waduh…ya sudah. Saya tidak akan bertanya lagi. Mas Alam cepet-cepet ke sana.
Nanti tidak keburu” Ucapnya.
Waktu
pun berlalu. Hanya 30 menit saja aku di ruangan sidang itu. Selepas ujian, aku
mendapatkan keistimewaan lagi dari dosen-dosenku. Berhubung aku akan
melangsungkan akad nikah malam itu, mereka dengan segera mengumumkan nilaiku.
Alhamdulillah aku pun mendapat nilai B.
“
Ya…Tak apalah. Daripada aku mendapat nilai C” Pikirku.
***********
Selepas
ujian aku segera bergegas meninggalkan kampusku. Saat itu kulihat waktu sudah
menunjukkan pukul setengah sepuluh. Orangtuaku dan keluargaku yang lain segera
menjemputku di kampus. Lalu aku dan keluargaku segera menuju ke Tanjung Enim,
tempat kediaman calon istriku.
Mobil
pun melaju dengan kecepatan penuh. Maklumlah, kami ingin mengejar waktu agar
bisa sampai tepat waktu. Di tengah perjalanan, ternyata ban mobil kami pecah.
Terpaksa kami harus mengganti ban mobil kami terlebih dahulu. Setelah itu, sekitar
30 menit kami pun melanjutkan perjalan kembali. Di tengah-tengah perjalanan,
kami harus meluangkan waktu untuk istirahat; melepas lelah. Jauhnya perjalanan
membuat perutku dan keluargaku merasa lapar. Jadi kami pun beristirahat
sekaligus makan siang. Selepas itu, barulah kami melanjutkan perjalanan
kembali.
Sesampainya
di kediaman calon istriku, kami sudah disambut oleh rombongan keluarganya.
Kulihat waktu itu sudah pukul 17.00 WIB. Aku beserta keluargaku pun segera
bersiap-siap. Tepat pukul 19.00 WIB, semua tamu undangan sudah hadir semua.
Rumah calon istriku yang tidak terlalu besar itu pun terlihat sumpek karena
berjejalnya manusia. Aku pun duduk dengan tenang di ruang yang sudah
dipersiapkan untuk berlangsungnya acara kami. Tentu saja, keringatku kali ini
juga bercucuran. Aku merasa begitu cemas. Lebih cemas dibandingkan aku
menjalani sidang pagi tadi.
Setelah
menunggu sekitar 30 menit, tepat pukul 19.30,
acara akad nikah pun dimulai. Berbagai
acara mulai dari kata sambutan, ceramah, samapai acara inti yaitu ijab dan
qobul pun dilaksanakan.
“
Saya terima nikah dan kawinnya Lies Maryati dengan mas kawin yang tersebut”
Lalu
bergemuruh suara sah menggema. Sebagai pertanda bahwa kami malam itu telah sah
menjadi sepasang suami istri. Aku merasa begitu legah. Seolah tak percaya, aku
telah melepas masa lajangku dengan menikahi kekasih impianku. Istriku sendiri
tak lain adalah teman kuliahku. Lies Maryati namanya. Dia adalah anak pertama
dari tiga bersaudara. Kala kurenungkan dulu, aku terkadang sering tertawa
sendiri. Walaupun satu kampus, semasa kuliah aku malah tak pernah berjumpa
dengannya. Baru setelah tamat kuliah, aku bertemu dengannya dan saat itu pula
aku baru tahu kalau istriku sekampus denganku. Pertemuan kami itu pun hanya
sesekali saja. Hingga puncaknya, pada pertemuan yang kelima aku mencurahkan perasaanku padanya.
***********
Malam itu, selepas akad nikah, kami pun
berfoto-foto untuk mengabadikan momen yang bersejarah dalam hidup kami. Sekitar
pukul 21.30 WIB, kami pun beristirahat karena kami harus mempersiapkan energi
untuk menghadapi acara resepsi esok harinya. Malam itu adalah malam terindah
bagi kami berdua. Aku merasa bahagia, bisa menjadi pendamping hidupnya. Aku bersyukur karena sekarang aku bisa lebih dekat dengannya
untuk selalu menghiburnya di kala duka maupun susah. Ya! Istriku pada waktu itu
masih dalam keadaan berduka. Tepatnya pada tanggal 29 Desember 2011, yang tak
lain juga merupakan hari kelahiran istriku, ibunya meninggal dunia karena
penyakit yang dideritanya.
No comments:
Post a Comment
Jangan lupa komentarnya ya! Berkomentarlah dengan bijak dan relevan!