Selamat Datang di www.pengingatku.blogspot.com

Wednesday 26 November 2014

CERMIN

Misteri Pohon 13

Saat itu hari masih gelap gulita. Kalau kumelihat arlojiku, sudah pukul 23.00 WIB.
“ Ayo…kita berangkat. Waktu kita cuma tiga hari di sini.” Ungkap Salman yang sekaligus ketua Rohis kami. Padahal saat itu kami baru saja tiba di vila.
Ya! Liburan sekolah tahun ini, kami memang berencana ingin menaklukkan puncak gunung Dempo. Satu-satunya gunung di propinsi Sumatera Selatan. Letaknya ada di kota Pagaralam. Konon katanya, gunung Dempo masih belum terjamah alias masih alami. Untuk menuju ke puncaknya, trek yang harus kami lalui sungguh berliku dan terjal. Sungguh menantang adrenalin.
“ Kita istirahat di sini saja!” Perintah Salman.
Segera saja, kami pun menuruti perintahnya. Kami memasang tenda untuk beristirahat sejenak. Kalau dihitung-hitung, sudah tiga jam kami berjalan. Kaki kami pun terasa pegal-pegal semua.

**********
“ Ayo…..Bangun semua!” Teriak Salman kepada kami. Kami kaget bukan main. Suaranya begitu menggelegar. Saat itu memang sudah subuh. Sebagai seorang anggota Rohis, tak patut kalau kami meninggalkan Sholat walau hanya sekali.
Suasana alam pegunungan saat itu sungguh indah. Udaranya begitu segar. Hamparan kebun teh yang hijau begitu menyejukkkan mata.
“ Hai nak….Kalian mau kemana?” Tiba-tiba terdengar suara seorang pria tua dari arah belakang kami.
“ Mau naik gunung Pak. Ke puncak Dempo” Tukas kami bersama-sama.
“ Kalau mau naik, jangan lewat jalan pohon 13 ya! Berbahaya nak. Nanti kalian bisa tersesat.” Timpal Pak tua itu lagi.
Kami hanya tersenyum. Mendengar perkataan Pak tua itu.
“ Dengar teman-teman, tak usah begitu dipercaya apa yang Juru Kunci tadi katakan. Ingat percaya takhayul adalah syirik. Begitu yang diajarkan oleh guru agama kita” Ujar Salman menjelaskan dan baru kami tahu bahwa Pak tua itu adalah Juru Kunci Gunung Dempo.
Kami pun melanjutkan perjalanan. Tak terasa sudah lima jam kami berjalan. Itu artinya, kami sudah setengah perjalanan. Memasuki tikungan Pintu Besi, sekitar 10 meter menuruni tebing ke arah anak air, kami akhirnya tiba di dua tikungan. Satu tikungan dinamakan jalan Hutan Sakti dan satu tikungan lagi adalah jalan Pohon 13. Dinamakan Pohon 13 karena pohon itu memiliki 13 cabang yang setiap cabangnya memiliki 13 ranting. Anehnya lagi setiap ranting hanya memiliki 13 daun saja. Kalau ditaksir, pohon itu mungkin umurnya sudah ribuan tahun. Hal itu bisa terlihat dari gurat-gurat di batang pohonnya.
“ Jalan mana yang harus kita pilih Man? “ Tanya seseorang di antara kami.
“ Seperti pada rencana awal, kita tetap pilih jalan Pohon 13” Ujar Salman.
Alasan kenapa kami lebih memilih Pohon 13 itu karena jarak yang ditempuh tidak terlalu lama dibandingkan dengan jalan Hutan Sakti. Terlebih lagi hari sudah mulai gelap. Kami tidak ingin sampai ke puncak terlalu larut.
“ Hei teman-teman! Pelan-pelan. Kabutnya semakin pekat. Sulit melihat ke depan.” Ujar Salam.
Kami terus berjalan. Namun sungguh aneh. Kami seperti berputar-putar saja. Padahal, kalau dirasa mungkin sudah tiga jam kami berjalan.
“ Itulah Man. Kau tak percaya dengan perkataan Pak tua tadi. Inilah akibatnya. Kita tersesat Man” Ucap kami kepada Salman.
“ Ah…kalian jangan hubung-hubungkan peristiwa ini dengan takhayul seperti itu. Ini karena kabutnya saja yang tebal. Kalau tidak mana mungkin kita tersesat” Pungkas Salman membela diri.
Setelah berdebat panjang. Kami kemudian memutuskan untuk stop. Berdiam diri. Memasang tenda. Menunggu sampai kabutnya hilang atau sedikit berkurang. Setidaknya itu yang bisa kami lakukan.
************
 Berhari-hari kami menunggu. Namun kabut tak kunjung berkurang. Malah semakin tebal saja. Persedian makanan kami pun sudah habis. Untuk mengisi perut, terpaksa kami memakan permen. Tiba-tiba sayup-sayup tersengar suara entah dari mana arahnya.
“ Hei, kalian ada dimana?” Suara itu kedengarannya semakin dekat.
“ Kami di sini. Tolong….Tolong kami” Teriak kami meminta bantuan.
Tetapi anehnya, keberadaan kami tak kunjung ditemukan. Kami pun semakin panik. Sebagian teman-teman ada yang menangis. Sebagian lagi hanya duduk lemas tak berdaya.
Saat kami sudah berputus asa. Tiba-tiba kabut yang tadinya pekat menghilang seketika. Akhirnya kami pun ditemukan.
Setelah sampai di Vila, baru kami tahu kalau kami telah tersesat selamat 13 hari 13 malam. Baru kami tahu pula, kalau sang Juru Kunci yang memperingatkan kami tadi ternyata telah meninggal 13 hari yang lalu tepat di bawah pohon 13.

2 comments:

Jangan lupa komentarnya ya! Berkomentarlah dengan bijak dan relevan!