Misteri Pohon 13
Saat
itu hari masih gelap gulita. Kalau kumelihat arlojiku, sudah pukul 23.00 WIB.
“
Ayo…kita berangkat. Waktu kita cuma tiga hari di sini.” Ungkap Salman yang
sekaligus ketua Rohis kami. Padahal saat itu kami baru saja tiba di vila.
Ya!
Liburan sekolah tahun ini, kami memang berencana ingin menaklukkan puncak
gunung Dempo. Satu-satunya gunung di propinsi Sumatera Selatan. Letaknya ada di
kota Pagaralam. Konon katanya, gunung Dempo masih belum terjamah alias masih
alami. Untuk menuju ke puncaknya, trek yang harus kami lalui sungguh berliku
dan terjal. Sungguh menantang adrenalin.
“
Kita istirahat di sini saja!” Perintah Salman.
Segera
saja, kami pun menuruti perintahnya. Kami memasang tenda untuk beristirahat
sejenak. Kalau dihitung-hitung, sudah tiga jam kami berjalan. Kaki kami pun
terasa pegal-pegal semua.
**********
“
Ayo…..Bangun semua!” Teriak Salman kepada kami. Kami kaget bukan main. Suaranya
begitu menggelegar. Saat itu memang sudah subuh. Sebagai seorang anggota Rohis,
tak patut kalau kami meninggalkan Sholat walau hanya sekali.
Suasana
alam pegunungan saat itu sungguh indah. Udaranya begitu segar. Hamparan kebun teh
yang hijau begitu menyejukkkan mata.
“
Hai nak….Kalian mau kemana?” Tiba-tiba terdengar suara seorang pria tua dari
arah belakang kami.
“
Mau naik gunung Pak. Ke puncak Dempo” Tukas kami bersama-sama.
“
Kalau mau naik, jangan lewat jalan pohon 13 ya! Berbahaya nak. Nanti kalian
bisa tersesat.” Timpal Pak tua itu lagi.
Kami
hanya tersenyum. Mendengar perkataan Pak tua itu.
“
Dengar teman-teman, tak usah begitu dipercaya apa yang Juru Kunci tadi katakan.
Ingat percaya takhayul adalah syirik. Begitu yang diajarkan oleh guru agama
kita” Ujar Salman menjelaskan dan baru kami tahu bahwa Pak tua itu adalah Juru
Kunci Gunung Dempo.
Kami
pun melanjutkan perjalanan. Tak terasa sudah lima jam kami berjalan. Itu
artinya, kami sudah setengah perjalanan. Memasuki tikungan Pintu Besi, sekitar
10 meter menuruni tebing ke arah anak air, kami akhirnya tiba di dua tikungan.
Satu tikungan dinamakan jalan Hutan Sakti dan satu tikungan lagi adalah jalan Pohon
13. Dinamakan Pohon 13 karena pohon itu memiliki 13 cabang yang setiap
cabangnya memiliki 13 ranting. Anehnya lagi setiap ranting hanya memiliki 13
daun saja. Kalau ditaksir, pohon itu mungkin umurnya sudah ribuan tahun. Hal
itu bisa terlihat dari gurat-gurat di batang pohonnya.
“
Jalan mana yang harus kita pilih Man? “ Tanya seseorang di antara kami.
“
Seperti pada rencana awal, kita tetap pilih jalan Pohon 13” Ujar Salman.
Alasan
kenapa kami lebih memilih Pohon 13 itu karena jarak yang ditempuh tidak terlalu
lama dibandingkan dengan jalan Hutan Sakti. Terlebih lagi hari sudah mulai
gelap. Kami tidak ingin sampai ke puncak terlalu larut.
“
Hei teman-teman! Pelan-pelan. Kabutnya semakin pekat. Sulit melihat ke depan.”
Ujar Salam.
Kami
terus berjalan. Namun sungguh aneh. Kami seperti berputar-putar saja. Padahal,
kalau dirasa mungkin sudah tiga jam kami berjalan.
“
Itulah Man. Kau tak percaya dengan perkataan Pak tua tadi. Inilah akibatnya.
Kita tersesat Man” Ucap kami kepada Salman.
“
Ah…kalian jangan hubung-hubungkan peristiwa ini dengan takhayul seperti itu.
Ini karena kabutnya saja yang tebal. Kalau tidak mana mungkin kita tersesat”
Pungkas Salman membela diri.
Setelah
berdebat panjang. Kami kemudian memutuskan untuk stop. Berdiam diri. Memasang
tenda. Menunggu sampai kabutnya hilang atau sedikit berkurang. Setidaknya itu
yang bisa kami lakukan.
************
Berhari-hari kami menunggu. Namun kabut tak
kunjung berkurang. Malah semakin tebal saja. Persedian makanan kami pun sudah
habis. Untuk mengisi perut, terpaksa kami memakan permen. Tiba-tiba sayup-sayup
tersengar suara entah dari mana arahnya.
“
Hei, kalian ada dimana?” Suara itu kedengarannya semakin dekat.
“
Kami di sini. Tolong….Tolong kami” Teriak kami meminta bantuan.
Tetapi
anehnya, keberadaan kami tak kunjung ditemukan. Kami pun semakin panik.
Sebagian teman-teman ada yang menangis. Sebagian lagi hanya duduk lemas tak
berdaya.
Saat
kami sudah berputus asa. Tiba-tiba kabut yang tadinya pekat menghilang
seketika. Akhirnya kami pun ditemukan.
Setelah
sampai di Vila, baru kami tahu kalau kami telah tersesat selamat 13 hari 13
malam. Baru kami tahu pula, kalau sang Juru Kunci yang memperingatkan kami tadi
ternyata telah meninggal 13 hari yang lalu tepat di bawah pohon 13.
keren gan.. lanjutkan!!
ReplyDeletemakasih ya gan....
ReplyDelete