Iqro "bacalah" merupakan surat pertama yang diturunkan
sebagai wahyu pada Nabi Muhammad. Bukan tanpa musabab, Allah menurunkan
ayat Iqro tersebut. Setidaknya ada beberapa penafsiran akan hal itu,
yakni (1) surat Iqro membuktikan bahwa wahyu tersebut benar-benar dari
Allah yang diturunkan pada Nabi Muhammad yang tidak dapat membaca. Surat
Iqro menjadi gerbang surat-surat lainnya (2)surat Iqro yang berarti
bacalah menjadi simbol penegasan bahwa membaca merupakan hal yang sangat penting. Segala sesuatu harus dimulai dari membaca. Tanpa membaca kita tak dapat berkata apa-apa.
Dihubungkan dengan strategi pembelajaran, IQRO dapat dijadikan salah satu alternatif. Ada banyak ide yang kita dapat dari Surat Iqro terutama untuk menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif dan mampu mempercepat transfer pengetahuan dari guru ke peserta didik.
Dalam upaya menciptakan
pembelajaran yang berkualitas, patutlah kita (guru) mencoba menerapkan
strategi pembelajaran Iqro. Sebenarnya, strategi pembelajaran Iqro ini
sudah cukup banyak diterapkan oleh guru-guru. Hanya saja, konsep
strategi Iqro yang mereka terapkan, saya anggap masih sederhana sekali,
yakni hanya terbatas pada upaya peningkatan kemampuan membaca saja.
Tentunya hal itu sangat sempit sekali. Padahal, jika kita mau memahami
Iqro itu sendiri, tentunya kita dapat mencipta suatu strategi
pembelajaran yang luas dan berlaku umum.
Berikut prinsip penerapan strategi Iqro yang dapat kita terapkan dalam kelas:
1. Ketika Nabi Muhammad menyepi di gua Hiro tiba-tiba muncul malaikat
Jibril yang berkata "Iqro... Iqro... Iqro...". Saat itu Nabi Muhammad
seketika menjadi gemetar. Keringatnya mengucur deras. Ia sangat
ketakutan sekali melihat Jibril. Apa yang menyebabkan Nabi Muhammad
ketakutan melihat malaikat Jibril? Jawabnya karena saat itu malaikat
Jibril menampakkan diri dalam sosok yang asli. Sosok asli malaikat
Jibril sangat menyeramkan, sehingga siapapun yang melihatnya akan
langsung ketakutan. Untuk itulah, dalam menyampaikan wahyu berikutnya,
malaikat Jibril selalu menampakkan diri dalam wujud manusia yang
rupawan.
Prinsip yang dapat kita ambil, yakni:
(a) Dalam
melaksanakan pembelajaran di kelas, maka kita (guru) harus senantiasa
tampil dan menampilkan sesuatu yang membuat siswa senang dan JANGAN
PERNAH menampilkan sesuatu yang membuat siswa bosan atau justru
ketakutan. Maksud saya begini, sebagai seorang guru ketika mengajar di
kelas maka usahakanlah untuk melakukan 4S (Salam, Santun, Sapa, dan
Senyum) kepada siswa. Tujuannya agar siswa merasa nyaman bersama kita.
Selain itu senantiasalah menggunakan metode PAIKEM GEBROT (pembelajaran,
aktif, inovatif, kreatif, efektif, menyenangkan, gembira, dan
berbobot).
(b). Malaikat jibril menyuruh Nabi Muhammad mengulang
perkataan "Iqro (bacalah)" sebanyak tiga kali. Artinya dalam
pembelajaran diperlukan pengulangan-pengulangan minimal tiga kali
(semakin banyak semakin baik). Dengan adanya pengulangan, maka siswa
akan selalu aktif mengingat pembelajaran sehingga pemahaman siswa
semakin mantab. Hal tersebut karena, otak manusia seperti gelas kosong.
Coba kita tuangkan pasir di gelas itu lalu tuangkan batu diatasnya dan
tuangkan tanah di atasnya lagi. Pasti hasilnya adalah, pasir akan
tertutup dengan batu dan batu akan tertutup dengan tanah. Jika pasir
kita angkat dan pindahkan ke atas, makan batu dan tanah yang akan
tertutup pasir. Jika batu kita angkat ke atas, maka pasir dan tanah akan
tertutup batu. Begitulah prinsip kerja pengulangan. Jika di sekolah
siswa belajar dengan urutan matematika, bahasa indonesia, dan agama,
maka setelah pelajaran agama, siswa akan sulit mengingat pelajaran
matematika, dan bahasa indonesia tersebab otak mereka telah terlampau
banyak menerima pelajaran lain. Untuk itu, diperlukan pengulangan agar
pelajaran yang didapat tadi dapat kembali terangkat ke atas dan tidak
mengendap di dasar yang paling bawah
(c). Malaikat Jibril
menyuruh Nabi Muhammad "membaca (Iqro)". Perhatikan dengan seksama. Jika
Malaikat Jibril menyuruh membaca "Iqro" artinya kalimat Iqro tidak
hanya dilisankan oleh Malaikat Jibril akan tetapi tertulis secara jelas.
Maka itulah, Malaikat Jibril menyuruh membaca dan bukan mendengarkan.
Apa yang dapat kita petik? Dalam pembelajaran, guru harus menggunakan
media pembelajaran sebagai sarana transfer pengetahuannya. Murid disuruh
melihat, mengamati, lalu melakukan atau mencoba apa yang dilihatnya
itu. Hal tersebut senada dengan penelitian para ahli yang sepakat
mengatakan bahwa, anak yang belajar dengan melihat, mendengarkan, dan
melakukan sekaligus maka penyerapan ilmu pengetahuannya akan lebih baik
dan bertahan lama (bermakna) dibandingkan hanya dengan melihat,
mendengarkan, atau mencoba saja.
2. "Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptkan". Demikianlah terjemahan Ayat pertama surat Iqro tersebut. Artinya, dalam pembelajaran, sebelum memulai belajar atau sesudah belajar di kelas, guru dan siswa wajib berdoa pada Allah dengan hati yang ikhlas dan mengharap keridhoan-Nya. Untuk itu ucapkanlah "BISMILLAHI RAHMAN RAHIM". Ilmu yang tidak dimulai atas nama Allah, maka tidak akan berkah. Ilmu yang tidak berkah maka tidak akan memberikan manfaat bagi kehidupan. Jangan heran, jika kita (guru) telah berjuang keras mengajarkan ilmu pada anak didik kita akan tetapi setelah diuji ternyata hasilnya mengecewakan.
3. "Tuhanmu mengajarkan manusia melalui perantaraan qolam (pena)". Dari ayat tersebut jelas mengajarkan pada kita bahwa dalam melaksanakan pembelajaran di kelas, siswa tetap harus disuruh menuliskan (mencatat) apa yang telah ia pelajari. Tujuannya adalah untuk mengikat ilmu lewat tulisan. Hal itu dikarenakan "ilmu lebih cepat larinya dari seekor unta. Untuk itu, agar ilmu tidak lenyap, maka perlu diikat dengan menggunakan pena lewat tulisan di atas kertas.
4. "Tuhanmu mengajarkan apa yang tidak kamu ketahui". Begitu terjemahan ayat selanjutnya. Apa yang dapat kita petik dari ayat tersebut? Berikut yang dapat kita pahami, yakni
(a). Dalam mengajar, guru harus memiliki materi pembelajaran apa yang akan diajarkan. Materi tersebut adalah materi baru yang belum dipelajari oleh siswa.
(b). Di setiap akhir pembelajaran, guru harus melakukan evaluasi. Tujuannya untuk mengetahui apakah yang dipelajari sebelumnya telah dikuasai atau belum sesuai konsep "mengajarkan apa yang belum diketahui" artinya ada perubahan dari yang belum mengetahui mengjadi mengetahui.
Demikianlah prinsip pembelajaran dengan strategi Iqro yang dapat kita terapkan dalam pembelajaran di sekolah. Prinsip tersebut sesuai dengan fitrah kita sebagai manusia yang pada hakikatnya lemah dan jahil. Oleh karena itu selalulah bermohon pada Allah agar melimpahkan ilmu yang banyak dan membukakan akal dan pikiran kita.
No comments:
Post a Comment
Jangan lupa komentarnya ya! Berkomentarlah dengan bijak dan relevan!