Selamat Datang di www.pengingatku.blogspot.com

Monday 6 August 2018

Jangan Ada Lagi Orangtua yang Lalai Terhadap Anaknya



Jangan Ada Lagi Orangtua yang Lalai Terhadap Anaknya
(Perlunya Peran Keluarga dalam Pembentukan Akhlak Mulia bagi Anak)

Alamsari, M. Pd.
(Guru SMPN 4 Rantau Panjang)

(sumber:https://www.liputan6.com/citizen6/read/2555157/orangtua-lalai-jempol-tangan-anak-jadi-korban)

Sebelumnya, akan saya tuturkan dua peristiwa yang pernah saya alami. Kejadian pertama: di sebuah sekolah, seorang siswa berbuat ulah. Ia menendang meja. Meja itu patah. Wali kelas memanggil anak itu dan mengirimkan surat panggilan untuk orangtuanya. Esok hari, ayah si anak datang menghadap. Wali kelas menceritakan kronologi kejadian. Setelahnya, ayah si anak menepuk pundak anaknya itu lalu berkata “Bagus, Nak. Begitulah seharusnya jadi lelaki. Kalau nanti gara-gara ini kau tak naik kelas, tusuk saja gurumu satu per satu”.  Kejadian kedua: seorang anak gadis bercengkrama dengan ibunya. Ia mengeluarkan handphone lalu menunjukkan sebuah video. Video itu berisi adegan mesra. Si anak gadis nampak berpelukan dan berciuman dengan kekasihnya. Si ibu yang menonton video itu menanggapi santai saja. Tertawanya begitu lepas, puas.

           Masih segar di telinga kita ketika para orangtua dikejutkan dengan ulah seorang bocah SD beranjak dewasa (13 tahun) di Tulung Agung Jawa Timur yang menghamili kekasihnya yang duduk di bangku SMP. Peristiwa yang membuat masyarakat Indonesia khususnya orangtua begitu geram. Pasalnya, peristiwa tersebut terjadi tak lain akibat buruknya perangai orangtuanya. “Biar saja dia jadi korban burung anakku yang baru disunat” begitulah kira-kira ucapan bapak sang bocah ketika dinasehati tetangganya. Orangtua macam apa seperti itu?
Baiklah! Mari kita ambil hikmahnya. Ada pelajaran penting yang harus kita ambil dari berbagai peristiwa tersebut. Bahwa akhlak atau moral anak adalah mutlak tanggung jawab orangtua, sepakat! Baik atau buruknya akhlak seorang anak bergantung pada bagaimana orangtuanya mendidik dan mengarahkan. Sebagaimana teori Tabula Rasa yang jelas menyebutkan bahwa seorang anak yang baru dilahirkan adalah ibarat kertas putih, Ia bersih. Di tangan orangtuanyalah, anak akan menjadi apa saja seperti yang diinginkan.
Seperti halnya bangunan, dalam sebuah keluarga, orangtua adalah pondasi utama. Kuat pondasi itu, kokohlah bangunannya. Rapuh pondasi itu, luluh lantaklah bangunannya. Sebagai bangsa berbudaya dan beragama, pola pendidikan dalam keluarga adalah berbasis ketimuran. Artinya, setiap tingkah laku perbuatan harus sejalan dengan adab atau norma yang berlaku. Untuk itu, orangtua perlu memberikan pembekalan nilai dan moral serta menunjukkan teladan yang baik guna pembentukan akhlak mulia pada anaknya.

Terus terang saya merasa sedih dengan kondisi akhlak sebagian besar anak negeri saat ini. Rasanya terlalu sering saya melihat anak gadis yang tanpa risih bepergian dengan memakai baju seksi you can see (baca:tembus pandang). Memakai celana pendek, ngetat, sehingga nampaklah paha dan bentuk pinggulnya. Belum lagi rambutnya yang diwarna-warni. Anak lelaki banyak yang gondrong rambutnya hingga hampir tak dapat saya bedakan, dia pria atau wanita. Anak zaman sekarang pergaulannya sudah begitu bebas dan bablas. Duduk berduaan, pegangan tangan, ciuman, pelukan, bahkan berakhir dengan “kumpul kerbau”. Banyak pula anak muda yang gaya hidupnya hanya mengumbar kemewahan harta, meggunakan otot tanpa otak, dan menjunjung tinggi egosime, jauh dari kesederhanaan.

Realita semacam itu hanya mungkin terjadi jika orangtua sudah menjadi wong edan. Dan memang, saat ini banyak orangtua yang telah edan. Mereka tidak lagi menjadi si empunya anak dan tidak ambil pusing dengan pertumbuhan dan perkembangan anaknya. Disinilah peran orangtua akan terlihat. Orangtua berkewajiban untuk menyelami kehidupan anak, mengamankan tumbuh dan kembangnya hingga mencapai pribadi dengan jiwa yang matang. Ibarat menabur benih, tidak bisa dibiarkan begitu saja, berharap hujan turun membasahi bumi, lalu benih tumbuh subur dan menghasilkan buah yang manis. Tidak seperti itu! Benih harusnya ditanam, diberi pupuk, disirami, dirawat, dijaga dari segala hama, barulah benih dapat tumbuh menghasilkan buah yang manis.

Upaya menjadikan anak sebagai seorang dengan pribadi yang matang dan berakhlak mulia adalah suatu usaha sadar. Mendidik anak harus dilakukan dengan kejernihan pikiran dan kejelasan tujuan mau dibawa kemana anak ke depannya. Katakanlah seperti visi dan misi. Dengan visi dan misi yang jelas dan terarah, anak akan menjadi seperti apa yang diharapkan.


Jangan Jadi Orangtua Lalai

Orangtua seperti apa Anda? Jangan menjadi orangtua lalai! Orangtua yang tidak peduli terhadap tumbuh dan kembang anaknya. Orangtua yang tidak paham tanggung jawabnya sendiri. Namun sayang beribu sayang. Orangtua seperti itu justru sudah menyebar hampir merata di seluruh pelosok negeri. Di kota maupun di desa sudah banyak orangtua yang mulai hilang “kesadarannya”. Mereka tak sadar jika mereka hakikatnya ada untuk menjadi guru pertama bagi anaknya. Mereka lupa bahwa setiap tutur kata dan tingkah lakunya akan dipedomani oleh anaknya. Mereka lalai pada anaknya sehingga pada akhirnya menyebabkan masa depan anak menjadi kelam. Lalu jika sudah demikian siapa yang musti disalahkan?

            Anak adalah anugrah Tuhan yang luar biasa yang diberikan kepada kita. Ketika Tuhan telah memercayai hamba-Nya untuk memiliki seorang malaikat kecil dalam hidupnya, saat itu pula beban tanggung jawab telah berada di pundaknya. Sebagai manusia yang bertakwa seharusnya anugrah Tuhan itu dijaga dengan sebaik-baiknya. Memberikan pendidikan yang terbaik bagi anaknya. Mengajarkan dan menanamkan nilai-nilai luhur karakter bangsa. Bahlil Lahdalia seorang pengusaha sukses yang memiliki 11 perusahaan besar pernah berkata karakter pada anak hanya dapat dibentuk oleh orangtua di rumah dan tidak di sekolah (https://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id/laman/index.php?r=tpost/xview&id=4421). Menjaganya agar terus berada pada garis yang lurus sehingga kelak akan menjadi insan yang kamilan. Manusia unggul dengan berbagai keistimewaannya.

            Sebagai gambaran! Suatu ketika di yaumul hisab, seorang ibu telah diputuskan masuk ke dalam surga. Ketika hendak berjalan, seorang anak tiba-tiba protes kepada Tuhan lalu berkata “Ya Tuhanku. Mengapa aku dimasukkan ke dalam neraka sedangkan ibuku Engkau masukkan ke dalam surga. Padahal selama hidupnya ia telah lalai dari mendidikku”. Lalu Tuhanpun berkata “Masukkan perempuan itu ke dalam neraka bersama anaknya”. Pilihan hidup ada di tangan Anda. Jangan ada lagi orangtua yang lalai terhadap anaknya.

Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba blog pendidikan keluarga #sahabatkeluarga 



No comments:

Post a Comment

Jangan lupa komentarnya ya! Berkomentarlah dengan bijak dan relevan!