Aku Cinta
Indonesia: Antikorupsi
Harga Mati
(Alamsari, M. Pd.)
(Guru SMPN 4 Rantau Panjang, Ogan Ilir)
Sebagai bangsa yang besar, Indonesia
menyimpan berbagai potensi kekayaan alam yang luar biasa banyaknya. Dari Sabang
sampai Marauke—berjajar pulau-pulau baik kecil maupun besar. Di setiap pulau
tersimpan berbagai isi bumi yang berlimpah. Minyak, emas, tembaga, batu
bara—semua tersedia dalam jumlah yang banyak.
Kita patut berbangga, Indonesia tercipta
sebagai surga yang dianugrahi tanah yang subur. Berbagai hasil kebun tersedia
dengan beraneka ragamnya. Hutan-hutan rimbun nan luas di dalamnya mengandung
berbagai aneka flora dan fauna. Beberapa diantaranya bahkan menjadi primadona
di berbagai belahan dunia.
Kita patut bersyukur, Indonesia sebagai
negeri yang majemuk. Ribuan suku dan budaya mewarnai kehidupan masyarakatnya. Setiap
suku memiliki keunikan dan kekhasan masing-masing. Berbeda warna dan rupa serta
bahasa namun tetap satu jua dalam ikatan Bhineka
Tunggal Ika.
Kita patut bangga atas semua anugrah Tuhan
yang diberikan kepada kita. Indonesia—negeri tercinta tercipta begitu sempurna.
Negara mana saja yang memandangnya, pasti akan terbesit rasa iri dalam hatinya.
Coba tanyalah pada orang di luar sana, apa pendapatnya tentang Indonesia? Tentu
saja mereka kukuh menjawab Indonesia negeri yang subur dan harusnya rakyatnya
hidup makmur.
Ya! Makmur! Begitulah memang seharusnya.
Dengan potensi yang dimiliki, rakyat Indonesia harusnya hidup sejahtera. Namun
nyatanya? Jauh panggang dari api. Sebagian besar masyarakat Indonesia justru
hidup di bawah garis kemiskinan. Banyak masyarakat Indonesia yang hidup susah.
Lihat saja di sekeliling kita, begitu mudah kita temui para pengemis dan
pengais sampah. Jutaan anak putus sekolah karena tak punya biaya. Bayi yang
baru lahir harus menderita busung lapar karena tiada asupan gizi dalam
tubuhnya. Di sisi lain, banyak pula kita temui orang-orang yang hidup
bergelimang harta. Mobil seharga milyaran rupiah. Rumah luas bak istana.
Makannya selang seling lauk pauknya suka-suka. Uangnya tiada terhitung lagi
banyaknya.
Ada apa sih sebenarnya? Mengapa
ketimpangan itu terjadi? Jarak perbedaan antara si miskin dan si kaya begitu
mencolok sekali! Untuk menjawabnya, mari kita menengok realita yang kritis
menggerogoti negeri. Semuanya berpangkal dari Korupsi. Ya! Korupsi tengah mencabik-cabik bangsa ini. Ia telah
mewabah hingga ke semua penjuru daerah bahkan di pelosok desa sekalipun.
Para pejabat tinggi sibuk memperkaya
dirinya. Mereka diberi amanah namun mengingkarinya. Jabatan disalahgunakan.
Hampir tiada kebijakan yang mampu mensejahterakan rakyat. Mereka korup
mengambil uang yang bukan miliknya. Jumlahnya hingga triliunan rupiah. Para
bawahan ikut-ikutan makan uang haram—walaupun sedikit lama-lama menjadi bukit.
Akibatnya, uang yang semustinya dimanfaatkan untuk mensejahterakan rakyat
justru hilang begitu saja dimakan mereka yang tamak akan harta.
Tindakan para manusia korup itu sungguh
melukai nurani kita semua. Mereka dengan gagahnya mempertontotonkan
arogansinya. Memperjuangkan kebijakan demi kepentingan pribadi semata. Mereka
semakin kaya sedangkan rakyat biasa hidup dalam susah yang semakin bertambah-tambah.
Coba bayangkan! Kalau saja uang milyaran atau triliyunan rupiah itu digunakan
sebaik-baiknya sesuai dengan yang seharusnya, pasti tak akan ada lagi derai air
mata masyarakat miskin yang menahan sakit karena lapar perutnya. Coba pikirkan! Kalu saja
tidak ada yang korupsi, tentu tak akan ada lagi rumah-rumah kumuh bak kandang
sapi atau sekolah-sekolah yang roboh karena tiada kunjung diperbaiki.
Korupsi telah begitu kronis menjangkiti
negeri ini. Padahal zaman telah silih berganti—dari generasi ke generasi.
Padahal sudah puluhan, ratusan, atau mungkin ribuan koruptor yang dihukum
penjara—korupsi masih saja ada tiada habis-habisnya. Mengapa? Jawabnya karena
korupsi itu ditularkan. Ia diturunkan oleh atasan kepada bawahan; oleh ayah
kepada anaknya; oleh sahabat kepada temannya. Akibatnya, walaupun korupsi
gencar dibasmi, ia tetap tak akan hilang—bahkan justru semakin tumbuh dengan
subur.
Lalu bagaimana caranya agar korupsi
sirna? Saat ini, Indonesia mempunyai lembaga pemberantasan korupsi yang bernama
KPK. Kita patut berbangga karena telah banyak kiprah KPK menindak
koruptor-koruptor dari berbagai daerah. Tidak hanya di kota, KPK bahkan
merangsek hingga ke desa-desa. Para koruptor itu kini sudah mendekam dalam
penjara. Sudah banyak pula uang negara yang terselamatkan.
Cukupkah mengndalkan KPK? Tentu tidak!
KPK tidak dapat membasmi korusi seorang diri. Indonesia luasnya tiada terkira.
Penduduknya ratusan juta. Bandingkan dengan jumlah anggota KPK yang hanya
ratusan saja. Karena itu, KPK membutuhkan kita. Kita adalah KPK. Untuk
memberantas korupsi sampai ke akar-akarnya, butuh kerjasama dari semua pihak.
Apa yang musti kita lakukan? Mulai dari
diri sendiri dan saat ini. Mulai dari yang sederhana dan yang dekat dengan
kita. Berupayalah untuk selalu bertindak jujur.
Jangan pernah berdusta biarpun sepatah kata walaupun pahit akibatnya. Jadilah
pribadi yang peduli. Pribadi yang
senantiasa peka terhadap kondisi sekitarnya. Jikalau melihat orang melakukan
salah maka tegurlah dengan sebaik-baiknya. Jikalau mengetahui ada orang yang
korupsi maka laporkanlah kepada pihak yang berhak. Jangan menjadi pribadi yang cuek. Tersebab cuek adalah pangkal
kehancuran. Bayangkan, jika kita melihat orang berbuat salah lalu kita diamkan
saja—apa yang terjadi? Tentu saja orang itu tak akan tahu dan tak akan pernah
sadar dari perbuatan salahnya itu. Bayangkan, jika kita mengetahui ada orang
yang korupsi lalu kita diam saja—apa yang terjadi? Tentu saja mereka akan
tertawa bahagia dan tidak akan jera karena perbuatan korup mereka tiada
mendapatkan hukuman yang setimpal.
Jadilah pribadi yang berani. Berani menghadapi resiko yang
mungkin menghampiri. Seorang bawahan harus berani menegur atasan; masyarakat
harus berani melaporkan pejabat; anak harus berani menegur ayahnya jika mereka melakukan
korupsi. Jangan jadi pribadi yang pengecut.
Takut nanti ini atau itu; Jika saya lakukan ini nanti saya itu. Buanglah sifat
pengecut itu sejauh-jauhnya. Demi Indonesia damai, aman, makmur dan sejahtera,
kita harus berani menempuh resiko demi kebaikan kita semua. Jangan takut dengan
semua ancaman. Yakinlah! Selama kita berada pada jalan kebaikan, Tuhan akan
senantiasa melindungi kita dari tangan-tangan berdosa.
Indonesia, negeri yang kita cinta. Mari
dengungkan selalu slogan Antikorupsi
Harga Mati. Apapun yang terjadi, mari kita lakukan sebisa mungkin untuk
bersama-sama mencegah dan mengikis korupsi yang sudah merajalela. Bersatu kita
teguh, bercerai kita runtuh. Bersama kita bisa membangun Indonesia menuju yang
lebih baik lagi. Yakinlah! Suatu saat nanti—akan tiba masanya, Indonesia
menjadi negara yang bersih bebas korupsi dan rakyatnya hidup makmur sejahtera.
No comments:
Post a Comment
Jangan lupa komentarnya ya! Berkomentarlah dengan bijak dan relevan!