Team
Teaching (mengajar dalam tim) merupakan solusi yang saya kira ampuh
untuk mengatasi problem dalam kegiatan belajar mengajar (KBM). Walaupun
banyak manfaatnya, namun Tim Teaching ini masih jarang diterapkan oleh
sekolah kita pada umumnya.
Mengajar sebenarnya bukanlah kegiatan yang mudah dilakukan. Butuh proses panjang mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi untuk mendapatkan KBM yang berkualitas. Beberapa persoalan dalam KBM seperti manajemen kelas, kontrol siswa, efektifitas pembelajaran, dll dapat diatasi dengan team teaching.
Dalam team teaching terdapat pembagian tugas yang proporsional sesuai kesepakatan dan kompetensi guru. Satu guru mengajar di depan kelas, guru yang lain dapat mengontrol siswa atau keduanya dapat sama-sama melakukan pendampingan atau monitoring pada siswa sehingga benar-benar memastikan siswa menguasai kompetensi yang diinginkan.
Satu guru idealnya menangani tidak lebih dari 20 siswa. Kenyataannya, hampir di semua sekolah kecuali sekolah Islam Terpadu dan sekolah standar internasional, memiliki lebih banyak siswa bahkan ada yang terdiri dari 40 siswa. Sekarang bayangkan! Jika siswa sudah sebanyak itu, sanggupkah guru melaksanakan KBM secara berkualitas? Bisa namun sulit. Hanya guru-guru tertentu saja yang sanggup dan sayangnya guru yang seperti itu tidak banyak. Maka team teaching diperlukan.
Team teaching dapat
dilakukan dengan mempertimbangkan ketersediaan sdm dan sarana prasarana
yang ada. Idealnya untuk melaksanakan team teaching, diperlukan dua atau
tiga guru dengan latar belakang pendidikan yang sama. Namun, jika sulit
maka dapat berkolaborasi dengan guru lain yang serumpun akan tetapi
harus dengan pembagian tugas yang jelas.Mengajar sebenarnya bukanlah kegiatan yang mudah dilakukan. Butuh proses panjang mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi untuk mendapatkan KBM yang berkualitas. Beberapa persoalan dalam KBM seperti manajemen kelas, kontrol siswa, efektifitas pembelajaran, dll dapat diatasi dengan team teaching.
Dalam team teaching terdapat pembagian tugas yang proporsional sesuai kesepakatan dan kompetensi guru. Satu guru mengajar di depan kelas, guru yang lain dapat mengontrol siswa atau keduanya dapat sama-sama melakukan pendampingan atau monitoring pada siswa sehingga benar-benar memastikan siswa menguasai kompetensi yang diinginkan.
Satu guru idealnya menangani tidak lebih dari 20 siswa. Kenyataannya, hampir di semua sekolah kecuali sekolah Islam Terpadu dan sekolah standar internasional, memiliki lebih banyak siswa bahkan ada yang terdiri dari 40 siswa. Sekarang bayangkan! Jika siswa sudah sebanyak itu, sanggupkah guru melaksanakan KBM secara berkualitas? Bisa namun sulit. Hanya guru-guru tertentu saja yang sanggup dan sayangnya guru yang seperti itu tidak banyak. Maka team teaching diperlukan.
Selain efektif meningkatkan kualitas pembelajaran, Mengajar dalam tim efektif pula mengatasi lemahnya motivasi guru. Motivasi adalah masalah yang jamak ditemui. Dalam jangka waktu tertentu, guru terkadang merasa bosan. Bosan menurunkan motivasi guru dalam melaksanakan tugas. Imbasnya, banyak guru yang memilih lari dari tugas atau tetap melaksanakan dengan catatan sekedar asal saja. Nah! Dengan team teaching, guru sama-sama dapat berdiskusi mencari solusi atau saling memberi motivasi yang membangkitkan semangat untuk bangkit dari kelesuan.
Pemerintah sendiri sadar bahwa team teaching sangat bagus diterapkan. Buktinya, dalam setiap pelatihan pola yang diterapkan adalah team teaching. Namun, pola tersebut hanya sebatas pelatihan saja. Sepulangnya ke sekolah, guru kembali menerapkan pola yang lama. Bukan sepenuhnya salah guru, kepala sekolah dan dinas pendidikan juga terlibat. Andai saja, otoritas yang berwenang mengeluarkan regulasi yang tegas untuk KBM yang berbasis team teaching, tentu warga sekolah akan senang hati melaksanakannya tanpa takut akan akibat yang ditimbulkan tersebab telah memiliki payung hukum.
No comments:
Post a Comment
Jangan lupa komentarnya ya! Berkomentarlah dengan bijak dan relevan!