Refleksi Pelaksanaan Kurikulum 2013
Oleh
Alamsari, M.Pd.
(Guru SMP Negeri 4 Rantau Panjang, Ogan Ilir, Sumsel)
“Satu semester lebih Kurikulum 2013 diimplementasikan di sekolah-sekolah.
Namun, penerapannya belum begitu efektif. Banyak kendala yang ditemui sehingga
menuntut keseriusan pemerintah untuk mengatasinya.”
Apa kabar Kurikulum 2013? Satu semester sudah Kurikulum 2013
diimplementasikan sejak Juli 2013 lalu. Dalam upaya mensukseskan implementasi
Kurikulum 2013 tersebut, pemerintah (Kemdikbud) setidaknya telah melatih ribuan
guru (baca:guru sasaran) sebagai bekal bagi mereka dalam menerapkan Kurikulum
tersebut di sekolahnya masing-masing. Sekedar merefleksi, dalam pelatihannya,
pemerintah menerapkan pelatihan secara terbatas, yakni terbatas hanya untuk
sekolah-sekolah Berstandar Nasional dan sekolah-sekolah bekas Rintisan
Berstandar Internasional (RSBI). Tidak tanggung-tanggung, pemerintah
menganggarkan dana milyaran hingga triliunan rupiah guna mensukseskan
terimplikasinya Kurikulum 2013 ini.
Lalu satu semeseter lebih berjalan, bagaimanakah hasilnya? Saya sendiri
dalam suatu kesempatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Bahasa Indonesia,
pernah menyampaikan keraguan saya terhadap kesuksesan Kurikulum 2013. Saya
begitu khawatir, jangan-jangan Kurikulum 2013 akan bernasib sama dengan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kekhawatiran saya tersebut
wajar-wajar saja mengingat hasil pengamatan saya terhadap guru-guru sasaran,
alih-alih penerapan Kurikulum 2013 berjalan lancar dan sesuai rencana, justru
banyak diantara guru-guru yang merasa kebingungan bagaimana menerapkan
Kurikulum 2013 ini. Walaupun guru-guru tersebut telah mengikuti pelatihan,
namun sepertinya tidak ada efek yang berarti dalam pemahaman terhadap Kurikulum
2013. Penyebabnya, pelatihan yang dlaksanakan begitu singkat sehingga tidak
memungkinkan untuk mentransfer pengetahuan Kurikulum 2013 tersebut secara utuh.
Banyaknya istilah-istilah baru (walaupun sebenarnya sudah lama) yang belum
dimengerti seutuhnya oleh guru sasaran turut menyebabkan implementasi Kurikulum
2013 belum memberikan hasil yang diharapkan.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) dalam laporannya, boleh
saja mengatakan bahwa Kurikulum 2013 telah direspons postif oleh sekolah
sasaran (Guru-guru dan siswa). Namun, tentu saja Kemdikbud tidak boleh
menampikkan segala kendala yang menjadi penghambat kesuksesan Kurikulum 2013
ini. Walaupun secara keseluruhan, memang benar Kurikulum 2013 telah berjalan,
namun pelaksanaannya hanya sekedar implementasi kosong. Belum ada perubahan
yang menonjol dibandingkan dengan implementasi kurikulum sebelumnya (KTSP).
Bahkan, banyak diantara guru sasaran yang yang ujung-ujungnya kembali lagi
menggunakan model KTSP dalam pembelajarannya.
Palatihan Kurikulum 2013 Jilid
Dua
Memasuki tahun 2014, pemerintah kembali melanjutkan implemnetasi Kurikulum 2013.
Tidak main-main, mulai Juli 2014 nanti, semua sekolah di seluruh Tanah Air
ditargetkan telah menerapkan Kurikulum 2013. Untuk mempercepat
pengimplementasian Kurikulum 2013 itu, bulan lalu pemerintah telah merekrut
lebih kurang 30.000 Instruktur Nasional (IN) yang terdiri dari guru dan kepala
sekolah. Instruktur Nasional tersebut nantinya akan dilatih oleh Narasumber
yang berpengalaman. Pelatihan Kurikulum 2013 tersebut direncanakan akan
dilaksanakan pada pertengahan April 2014. Setelah
mengikuti pelatihan, Instruktrur Nasonal diwajibkan untuk melakukan pelatihan-pelatihan
kepada guru-guru lain di seluruh sekolah yang tersebar di seluruh daerah.
Tujuannya tentu saja untuk mempercepat transfer pengetahuan Kurikulum 2013
sehingga pengimplemntasiannya di semua sekolah dapat tercapai seperti yang
ditargetkan.
Apa yang dilakukan pemerintah patut diapresiasi. Setidaknya pemerintah
memang benar-benar serius untuk menerapkan Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 yang
digadang-gadang sebagai solusi untuk mengatasi kemunduran pendidikan Tanah Air
ini diharapkan dapat menjadikan pendidikan Indonesia kembali mencapai puncak
kejayaannya. Lalu pertanyaannya apakah cukup dengan pelatihan? Pelatihan
Kurikulum 2013 memang penting dan wajib dilakukan. Pelatihan merupakan pintu
gerbang bagi guru-guru sebelum masuk dalam implementasi nyata di lapangan
(sekolah). Namun, pemerintah juga harus mempertimbangkan berbagai faktor lain
yang mungkin menjadi kendala dalam penerapannya di sekolah.
Kurangnya anggaran menyebabkan pemerintah begitu kesulitan untuk mencetak
dan mendistribusikan buku pegangan guru dan siswa ke sekolah-sekolah. Tak
heran, sehabis pelatihan, guru-guru tetap tidak bisa mengimplementasikan
Kurikulum 2013 dikarenakan buku pegangan yang menjadi kunci pelaksanaan Kurikulum
2013 belum terdistribusi dengan baik di sekolah. Dalam buku pegangan itu
sendiri berisi materi, langkah-langkah pembelajaran, dan penilaian atau
evaluasi hasil belajar siswa yang dapat dijadikan pedoman dalam melakukan
kegiatan belajar mengajar.
Kendala yang paling lumrah dan jamak ditemui di hampir semua sekolah di
Tanah Air adalah kurangnya sarana dan prasarana yang memadai. Tidak dapat
dipungkiri masih banyak sekali sekolah-sekolah yang belum memiliki fasilitas
komputer atau teknologi. Di banyak tempat masih mudah ditemui sekolah-sekolah
yang kondisinya sangat memprihatinkan. Lalu apa kaitannya dengan penghambat
Kurikulum 2013? Seperti yang telah dirumuskan bahwa dalam Kurikulum 2013,
pemerintah melakukan penghapusan terhadap mata pelajaran Teknologi, Komunikasi,
dan Informasi (TIK). Sebagai gantinya, pemerintah mengintegrasikan TIK tersebut
ke dalam setiap mata pelajaran. Jika demikian, pada implementasinya, setiap
guru mata pelajaran yang akan mengajar haruslah mengggunakan TIK sebagai sarana
pembelajarannya. Hal yang sangat tidak mungin dilakukan bagi guru-guru di
sekolah-sekolah dengan kondisi terbatas.
Faktor lain yang tak kalah pentingnya adalah faktor guru itu sendiri. Pada
awal peluncuran Kurikulum 2013, saya beserta banyak tenaga pendidik dan
pemerhati pendidikan pernah memprotes konsep Kurikulum 2013 tersebut. Secara
keseluruhan apa yang ditawarkan Kurikulum 2013 tidak jauh berbeda dengan KTSP. Walaupun
memang ada beberapa bagian yang berubah, namun perubahan tersebut tidaklah
begitu esensial. Pada waktu itu, kami menyayangkan sikap pemerintah yang justru
menganggap KTSP sebagai penyebab gagalnya pendidikan di sekolah-sekolah.
Padahal, jika mau jujur, sebenarnya KTSP memiliki konsep yang cukup baik. Hanya
saja, pelaksananya (Guru) sajalah yang pada akhirnya menyesatkan
pengimplementasiannya di lapangan. Lumrah ditemui di sekolah-sekolah, banyak
guru-guru yang tidak melaksanakan KTSP dalam pembelajarannya. Mengajar hanya
sekedar melaksanaan kewajiban tanpa memiliki tanggung jawab terhadap
keberhasilan pelaksanaannya di kelas.
Oleh karena itulah, pemerintah perlu memberikan perhatian khusus terhadap
guru. Pemerintah hendaknya melakukan kontrol yang kuat dan menyeluruh terhadap
guru sebagai ujung tombak keberhasilan kurikulum. Pemerintah perlu urun rembug
bersama seluruh komponen terkait guna merumuskan formula yang tepat dalam upaya
pengontrolan terhadap pelaksanaan Kurikulum 2013.
Pendidikan adalah modal dasar pembangunan suatu bangsa. Pemerintah sebagai
pengambil kebijakan handaknya bertindak arif dan bijaksana. Belajar dari
kelemahan dan kekurangan pengimplementasian sebelumnya, hendaknya pemerintah
semakin berbenah menyempurnakan segala unsur penunjang terkait
pengimplementasian Kurikulum 2013. Pada akhirnya, marilah bersama-sama kita
mendukung pengimplementasian Kurikulum 2013 ini. Semoga pengorbanan pemerintah
dalam merumuskan kurikulum ini dapat membuahkan hasil seperti yang diharapkan.
Semoga saja.
No comments:
Post a Comment
Jangan lupa komentarnya ya! Berkomentarlah dengan bijak dan relevan!