Di Balik
Degradasi Moral Anak Bangsa:
Kemanakah Peran
Orang Tua?
Oleh Alamsari, M.Pd.
(Tenaga Pendidik di SMPN 4 Rantau
Panjang, Ogan Ilir)
Berbagai
fenomena tawuran, pemerkosaan, pergaulan bebas, sikap individualistis, dan
perilaku kurang ajar pada orang yang lebih tua marak terjadi. Degradasi moral
yang melanda anak bangsa telah sampai pada kondisi memprihatinkan.
Akhir-akhir
ini, sering kita mendengar banyak keluhan atas tingkah laku anak muda (baca: generasi)
sekarang. Banyak yang beranggapan bahwa perilaku kehidupan anak muda zaman
sekarang telah mengalami degradasi moral yang sungguh memperihatinkan. Anggapan
tersebut tentunya tidaklah muncul begitu saja. Maraknya berbagai fenomena dan
realita yang pelaku ataupun korban utamanya adalah anak muda, seperti tawuran,
pemerkosaan, pergaulan bebas, dan perilaku “kurang ajar” pada orang yang lebih
tua mengindikasikan perilaku anak muda sekarang sudah sampai pada tahap kritis.
Masih
segar di ingatan kita pemberitaan tentang lima murid SD di Sulsel yang
melakukan pemerkosaan kepada temannya sendiri. Setelah ditelisik ternyata
pemerkosaan tersebut dilatarbelakangi karena mereka sering menonton video
porno. Fenomena itu sebenarnya hanyalah satu dari sekian banyak
fenomena-fenomena yang marak terjadi akhir-akhir ini. Lalu pertanda apakah itu?
Berbagai fenomena tersebut menunjukkan bahwa perilaku anak muda sekarang telah menyimpang
dari norma-norma yang berlaku di tengah kehidupan masyarakat kita. Kesopanan
dan kesantunan, tenggang rasa, gotong royong, hormat-menghormati, sudah tak
lagi dijunjung. Budaya luar tampaknya telah meluluhkan
nilai-nilai budaya pada diri anak muda kita. Apalagi tanpa kontrol dan sikap yang arif dan
bertanggung jawab terhadap budaya tersebut, menjadikan anak muda
sekarang telah kehilangan identitas dirinya sebagai generasi dari bangsa yang
beradab. Identitas yang seharusnya diwarisi dan dimiliki oleh setiap anak muda
Indonesia.
Mengutip
pernyataan Thomas Lickona (Sudarwanto, 2012), ada beberapa tanda degradasi
moral yang sekaligus merupakan tanda kehancuran suatu bangsa. Diantara beberapa
tanda tersebut, yaitu meningkatnya kekerasan pada remaja, penggunaan kata-kata
yang buruk, meningkatnya penggunaan narkoba, alkohol dan seks bebas, kaburnya
batasan moral baik-buruk, dan rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru.
Menanggapi
hal itu, banyak pihak yang saling berdebat mengenai penyebab terjadinya
degradasi moral tersebut. Berbagai “tumbal” pun dimunculkan sebagai pihak yang
harus bertanggung jawab. Ada yang menganggap pemerintahlah yang seharusnya
bertanggung jawab. Ada pula yang menyalahkan penggiat industri kreatif karena
membuat tayangan yang tidak mendidik atau pun perkembangan pesat teknologi yang
berdampak buruk bagi perkembangan anak. Atau banyak pula yang menyalahkan
sekolah (guru) karena telah gagal mendidik anak. Namun pernahkah bertanya pada
hati nurani kita? Kalau kita mau jujur, pihak yang seharusnya paling
bertanggung jawab adalah orang tua si empunya anak itu sendiri.
Kenapa
orang tua? Orang tua sebagai sosok yang pertama kali hadir dalam kehidupan
anak. Seiring dengan perkembangannya, orang tua juga berperan besar dalam upaya
mendidik, membimbing, dan membentuk pola tingkah dan perilaku anak. Orang
tualah yang seharusnya mengayomi sang anak dalam kehidupannya. Jika orang tua
mampu melaksanakan fungsi dan kewajibannya dengan baik, tentunya degradasi
moral anak bangsa yang terjadi saat ini tidak akan terjadi.
“Kemanakah Peran Orang Tua?”
Rasanya
terlalu sering kita melihat ada anak gadis yang tanpa risih bepergian atau
keluyuran ke luar dengan berpakaian yang seronok. Pakaian yang terbuka atau
sengaja di buka di beberapa bagian atau pakaian yang transparan sehingga
terlihat bagian tubuhnya. Memakai celana seksi, ngetat, sehingga terlihat paha
dan bentuk pinggulnya. Belum lagi warna rambutnya yang berwarna-warni. Atau anak
laki-laki yang rambutnya gondrong, bertato, kuku panjang seperti vampir, dan
nongkrong di muka umum dengan menghisap sebatang rokok tanpa adanya rasa malu.
Realita
lainnya, banyak anak muda sekarang yang pergaulannya sudah begitu bebas.
Keluyuran malam-malam tanpa jelas kerjaannya apa. Berpacaran ala barat; Pegangan
tangan, berciuman, pelukan, bahkan tidak sedikit yang “kumpul kebo”. Banyak gaya
hidup anak muda yang sudah tidak bersahaja. Mengumbar kemewahan, kehebatan, dan
egosime dan jauh dari kesederhanaan.
Tawuran
hanya gara-gara persoalan sepele, misalnya rebutan pacar, kalah main bola, atau
hanya gara-gara tersinggung atas perkataan temannya. Anak muda begitu mudah
marah dan diprovokasi. Sikap individualistis juga sudah mewabah. Sedikit anak muda
yang mau membantu yang kesulitan. Penghormatan kepada sesama sudah hilang.
Jarang sekali kita melihat seorang anak yang membantu orang tua menyeberang
jalan dan mempersilahkan orang tua untuk duduk duluan di dalam bis kota seperti
dulu. Anak muda sekarang sudah tidak memiliki rasa sopan dan santun. Berkata
kasar, berani membantah omongan orang tua, bahkan ada yang berani memukul atau
membunuh orang tuanya sendiri.
Realita
seperti itu terjadi karena orang tua sekarang sudah edan. Disadari atau tidak,
orang tua telah melakukan pembiaran terhadap perilaku anak-anaknya. Berpakaian
seksi, merokok, berpacaran, keluyuran, tidak lagi menjadi kekhawatiran bagi
orang tua. Atas nama kasih dan sayang, orang tua juga cenderung mengikuti
segala keinginan anak. Tidak berusaha untuk memproteksi keinginan tersebut
walaupun tidak sesuai dengan norma-norma kehidupan. Padahal perilaku sekecil apapun
itulah yang perlahan membentuk karakter dan kepribadian anak. Dibandingkan
orang tua dulu, orang tua sekarang tampaknya telah gagal mendidik anak-anaknya.
Berbagai
sanggahan pun dilontarkan. Banyak yang beralasan orang tua dulu hidup pada
zaman yang berbeda dengan sekarang. Sehingga tantangan dalam mendidik anak pun
tidak begitu besar dibandingkan sekarang. Zaman sekarang sangat sulit untuk
mendidik anak menjadi baik. Hal itu dijadikan sebagai suatu pewajaran saat perkembangan
zaman, arus globalisasi menyerbu sehingga menuntut kesibukan orang tua tidak lagi
memungkinkan melaksanakan tugasnya secara penuh. Orang tua yang seharusnya mengayomi
anak tidak mampu lagi melaksanakan tugasnya dengan baik. Jika demikian, adalah
suatu kewajaran pula berbagai perilaku menyimpang menjangkiti anak muda
sekarang. Pemerkosaan, pencabulan, narkoba, tawuran, seakan menjadi hal yang
lumrah.
Berbagai
alasan tersebut sah-sah saja. Namun perlu diingat, bagaimanapun situasi dan kondisinya,
orang tua tetaplah harus melaksanakan fungsinya dengan baik. Orang tua tetap
harus meluangkan waktunya untuk memperhatikan perkembangan anak. Sebagai orang
tua, tentunya tidak ingin sesuatu terjadi pada anak-anak kita. Kita juga tidak
ingin anak-anak muda yang kelak akan menjadi penerus bangsa digerus degradasi
moral berkepanjangan. Jangan sampai suatu saat nanti Indonesia akan mengalami
“generasi yang hilang” sehingga Indonesia hanya dipimpin oleh anak muda yang
sudah menyimpang perilakunya.
No comments:
Post a Comment
Jangan lupa komentarnya ya! Berkomentarlah dengan bijak dan relevan!