Biarkan
Aku Bebas
Oleh
Alamsari, M. Pd
(Guru SMPN 4 Rantau Panjang, Ogan Ilir)
Hari
Minggu yang cerah, aku bangun pagi-pagi sekali. Kubuka jendela kamarku dan
kulihat ternyata mentari sudah terbit. Sungguh cerah cahayanya. Udara pagi itu
pun juga sungguh segar.
“Asyik,
sebentar lagi berangkat.” Ucapku Dalam hati. Cepat-cepat aku mandi. Tak lupa
juga kugosok gigi. Sehabis mandi, kupakai baju yang sangat cantik.
“Cindy,
ayo kita berangkat.” Ajak Mamaku.
Hari
ini, aku dan Mama serta Papaku akan berjalan-jalan ke kebun bintang. Aku sangat
senang sekali. Sejak umur lima tahun aku sudah menyukai binatang. Tak heran di
rumahku aku mempunyai banyak sekali binatang peliharaan. Aku punya dua ekor
kelinci yang cantik. Kelinciku kuberi nama Resti dan Hesti. Di lehernya
kulekatkan pita putih bergaris merah seperti benderaku di sekolah. Aku juga punya
kura-kura yang sangat lucu. Kura-kuraku namanya Rico. Dia sangat gagah, lincah,
dan gesit sekali. Burung peliharaanku juga sangat cantik. Marni namanya. Setiap
pagi Marni selalu membangunkanku dengan suaranya yang merdu. Aku sangat
menyayangi binatang peliharaanku itu. Kuberikan mereka kandang yang sangat
bagus sebagai tempat tinggal. Setiap hari mereka juga kuberikan makan makanan
yang sehat dan bergizi.
Kebun
binatang yang kami tuju, letaknya tidak terlalu jauh dari rumahku. Jaraknya
sama seperti tiga puluh kali putaran lapangan sepak bola dengan mengendarai
sepeda. Tepat pukul 10.00 WIB aku dan kedua orang tuaku pun tiba di kebun
binatang itu.
“
Ayo Ma, Pa, cepet kita masuk ke dalam”
Aku
sunguh riang tak terkira. Sambil berlari-lari dan sedikit bernyanyi-nyanyi, aku
segera menuju ke tempat binatang-binatang yang ada di sana.
“
Wah, lihat Ma, binatangnya banyak sekali”
Binatang
yang ada di sana memang banyak sekali. Ada yang besar dan ada yang kecil. Ada
yang panjang dan ada juga yang pendek. Ada yang terbang dan ada juga yang
merayap. Segera saja aku memulai petualanganku melihat-lihat binatang itu satu
per satu.
Aku
sampai di kandang kura-kura. Kura-kuranya sangat banyak sekali. Warnanya juga
bermacam-macam. Ada yang leher panjang ada juga yang lehr pendek.
“Hai
kura-kura!” Sapaku
Tiba-tiba
sang kura-kura berbicara
“Hai
Cindy!” Jawab sang kura-kura.
Aku
sangat terkejut mendengarnya.
“Hai
kura-kura kenapa kamu bisa bicara” Tanyaku pada sang kura-kura.
“Ya
Cindy, aku sebenarnya bisa bicara tetapi hanya pada anak-anak sepertimu saja”
Aku
menjadi bingung dan sedikit takut. Baru kali ini ada binatang yang bisa
berbicara.
“Hei
Cindy, bisakah kau membebaskan aku dari kandang ini?” Pinta sang kura-kura.
“Kenapa
kura-kura? Bukankah Engkau senang tinggal di sini?”
“Tidak
Cindy. Aku tidak senang tinggal di sini. Di sini aku tidak bisa bergerak bebas.
Aku ingin hidup di alam yang luas Cindy”
Tiba-tiba
ibuku memanggilku.
“Cindy,
sini nak. Lihat Kelincinya sangat lucu sekali”
Aku
pun segera menuju ke tempat ibuku.
“Wah,
ya Bu, kelincinya cantik-cantik dan lucu-lucu sekali.”
Ketika
aku sedang asyik menatap sang kelinci, tiba tiba kelinci itu memanggilku.
“Hai
Cindy, bisakah kau bebaskan aku dari sini?” kata sang kelinci.
Mendengar
suara sang kelinci aku sangat terkejut.
“Wah,
kau bisa bicara kelinci?” Tanyaku
“Ya
Cindy. Aku bisa bicara tetapi hanya pada anak-anak sepertimu”
“Cindy,
bisakah kau bebaskan aku dari sini?” Pinta sang kelinci
“Kenapa
kelinci, bukankah kau senang tinggal di sini?” Jawabku.
“Tidak
Cindy, aku tidak senang tinggal di sini. Tempatnya sempit. Aku tidak bisa
bermain bebas. Aku ingin melompat-lompat bergerak ke sana kemari tanpa ada
pembatas seperti jeruji besi ini” Kata sang kelinci.
Tiba-tiba
ibuku memanggilku lagi.
“Cindy,
lihat burung ini lucu sekali”
Cepat-cepat
aku menuju ke tempat ibuku yang sudah menungguku di dekat sangakar burung.
“Wah,
ya bu, burung-burungnya cantik-cantik sekali. Mirip dengan Marni ya Bu”
Tiba-tiba
dari atas terdengar suara yang memanggil.
“Cindy…Cindy…
Bisakah kau membebaskan aku”
Aku
terkejut. Lalu kutengok ke atas dan ternyata kulihat yang memanggilku adalah
seekor burung yang sedang bergelayutan di atas dahan.
“Hai
burung! Kenapa kau minta dibebaskan? Bukankah sangkarmu luas dan bagus. Setiap
hari kau juga bisa makan yang enak” Kataku pada sang burung.
“Tidak
Cindy. Aku tak nyaman berada di sini. Aku ingin hidup di alam yang luas.
Beterbangan dari satu pohon ke pohon yang lain dan dari dahan yang satu ke
dahan yang lain tanpa dibatasi oleh sangkar ini”
Belum
sempat kuberkata pada sang burung, ibuku telah memanggilku.
“Cindy,
ayo kita pulang nak”
Ternyata
tanpa terasa sudah tiga jam aku berada di sana. Segera saja aku dan kedua orang
tuaku pulang ke rumah.
“Bu,
apakah binatang-binatang yang ada di kebun binatang itu senang tinggal di sana
bu?” tanyaku pada ibuku.
“Tentu
saja Cindy. Mereka senang tinggal di sana. Tetapi mereka akan lebih senang lagi
jika bisa hidup di alam luas” Kata ibuku.
Aku terdiam lalu
merenung sejenak. Aku teringat pada Rasti, Hesti, Rico, dan Marni. Aku kini
bisa memahami perasaan mereka. Aku tahu, pasti mereka tidak begitu senang
tinggal di kandang yang kubelikan itu. Aku sadar, binatang juga punya hak yang
sama dengan anak-anak sepertiku. Mereka berhak bermain, bernyanyi, bergerak ke
sana kemari di alam bebas tanpa ada yang membatasi. Sama juga seperti anak-anak
sepertiku. Aku juga ingin bermain, bercanda riang, melompat kesana-kemari
sesuka hatiku. Aku berjanji, nanti sesampainya di rumah, aku akan melepaskan
mereka ke alamnya masing-masing sebab aku sangat menyanyangi mereka. Aku ingin
melihat mereka gembira. Aku yakin mereka akan sangat senang kembali ke alamnya.
No comments:
Post a Comment
Jangan lupa komentarnya ya! Berkomentarlah dengan bijak dan relevan!