Selamat Datang di www.pengingatku.blogspot.com

Thursday 9 October 2014

Cerita Mini



Di Batas Umurku
Oleh Alamsari

“Tok…Tok….Tok ” Suara pintu yang kuketuk. Tanganku kala itu sedikit gemetar. Tak biasanya aku seperti ini. Entah mengapa? Perasaanku sungguh deg-degan.
Semenjak Bu Hany; guruku tak PPL[1] lagi disekolahku, aku selalu merasa gelisah. Ya! Kala jumpa pertama kali dengannya, aku memang sudah menaruh hati. Tampilannya yang anggun, gaya bicaranya yang santun, sungguh membuat aku kagum. Sejak saat itu pula, setiap malam aku selalu terbayang-bayang padanya.
“Kreek…..” Tiba-tiba pintu yang kuketuk terbuka.
“Eh…kamu Dit ” Sapa Bu Hany dengan suara agak ketus.
“Kenapa kamu ke sini? Sudah kukatakan, berhentilah untuk suka pada ibu. Ini tidak boleh Dit. Ada banyak alasan untuk itu” Ungkapnya kepadaku.
“Sudah pulang sajalah” Timpalnya lagi.
Aku hanya terdiam kaku. Perasaanku semakin galau.
“Biarkan aku masuk Bu. Ada yang ingin kukatakan pada Ibu ” Tukasku dengan sedikit gemetar.
Lalu tanpa basa-basi lagi, walaupun belum mendapatkan persetujuan, kupaksakan kakiku melangkah ke dalam rumah.
“Ya sudah…sekarang cepat katakan! Setelah itu cepatlah keluar!”
“Bu, berikan aku kesempatan untuk mencintai Ibu. Ibu adalah wanita pertama yang mengisi hatiku Bu. Walaupun umur kita berbeda jauh, aku tak peduli. Aku berharap bisa menjadi pendamping Ibu.”

Mendengar responsku itu, tampaknya Bu Hany semakin bertambah marah. Mukanya merah padam. Aku tahu ia marah besar. Aku juga sadar, aku bukanlah siapa-siapa. Hanya seorang pelajar kelas XII SMA yang belum tahu kemana masa depannya.
“Oke….Kalau Adit benar-benar mencintai Ibu, tunjukkan kepada Ibu kalau Adit layak untuk Ibu pertimbangkan”
Mendengarnya, aku sangat bahagia. Setidaknya aku masih punya kesempatan untuk mendapatkan kekasih yang kucintai. Untuk itu, aku harus berjuang dengan keras. Kubulatkan tekadku dan kuberjanji akan berubah seperti yang diharapkan Bu Hany.
*****************
“Tok…tok…tok…” Suara ketukan pintu. Masih pintu yang sama. Rumah Bu Hany. Tapi kali ini beberapa hal telah berubah. Selepas tamat sekolah, aku memutuskan untuk menyendiri selama beberapa bulan. Selama itu, aku berhenti total bergaul dengan teman-teman seusiaku. Alasannya sederhana, aku berpikir selama aku masih bergaul dengan seusiaku, aku tak akan pernah menjadi dewasa. Dewasa dalam berpikir, maupun dalam bersikap.
“Kau yakin mau melakukan itu Dit?” Begitu respons yang diberikan teman-temanku.
Ya! Memang begitu banyak pertentangan yang aku terima. Aku paham dan aku bisa mengerti atas sikap mereka itu.
“Hanya saja aku terlanjur mencintai Bu Hany. Aku sungguh mencintainya. Untuk membuktikan cintaku itu, aku rela mengorbankan apa saja, termasuk masa remajaku.” Pikirku.
Beberapa bulan, aku juga mengikuti kursus kepribadian. Harapannya, setidaknya aku mampu memperbaiki pribadiku seperti lelaki dewasa. Hasilnya sungguh efektif. Penampilan, Pemikiran, sikap, gaya, dan pemikiranku kini 90% menjadi dewasa. Mungkin sama dewasanya dengan pria usia 30 tahunan. Namun tak cukup sampai di situ. Aku tahu, aku harus berjuang untuk memiliki masa depan yang jelas; masa depan yang cerah dan mapan. Agar kelak, seandainya kami menikah, aku bisa membahagiakan Bu Hany.
Setahun selepas kumenamatkan sekolahku, kebetulan Pertamina, yang merupakan BUMN terbesar di bidang pengolahan Migas membuka lowongan pekerjaan untuk posisi operator. Aku pun bertaruh mati-matian mengikuti setiap tahapan tesnya. Aku belajar dengan giat dan tak lupa pula berdoa. Hingga tiba pengumuman final, ternyata aku diterima menjadi karyawannya.
“Eh…Kamu Dit. Masuklah! ” Tukas Bu Hany kepadaku.
 Aku pun segera masuk ke rumahnya. Sampai di ruang tamu, kami berdua hanya duduk terdiam. Baik aku maupun dia tak kuasa berkata sepatah kata pun. Beberapa menit kemudian, kuberanikan untuk memulai mengatakan niatanku padanya. Namun, belum sempat aku berkata, Bu Hany tiba-tiba berkata.
“Tidak Dit…Jangan sekarang. Kalau Adit benar-benar mencintai Ibu, tunggulah Ibu tiga tahun lagi ” Ungkapnya.
Aku kembali terdiam. Perasaan bahagia sekaligus kecewa menggelayutiku. Bahagia pada akhirnya aku punya harapan besar untuk menjadi pendampingnya. Kecewa karena aku harus menunggu tiga tahun lagi. Ya! Belakangan aku tahu, Bu Hany ternyata sedang melanjutkan strata-2 di jurusan Pend. Matematika.


  


[1] Praktik Pengalaman Lapangan: Matakuliah wajib yang harus ditempuh mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

No comments:

Post a Comment

Jangan lupa komentarnya ya! Berkomentarlah dengan bijak dan relevan!