Di
Batas Umurku
Oleh
Alamsari
“Tok…Tok….Tok
” Suara pintu yang kuketuk. Tanganku kala itu sedikit gemetar. Tak biasanya aku
seperti ini. Entah mengapa? Perasaanku sungguh deg-degan.
Semenjak
Bu Hany; guruku tak PPL[1]
lagi disekolahku, aku selalu merasa gelisah. Ya! Kala jumpa pertama kali
dengannya, aku memang sudah menaruh hati. Tampilannya yang anggun, gaya
bicaranya yang santun, sungguh membuat aku kagum. Sejak saat itu pula, setiap
malam aku selalu terbayang-bayang padanya.
“Kreek…..”
Tiba-tiba pintu yang kuketuk terbuka.
“Eh…kamu
Dit ” Sapa Bu Hany dengan suara agak ketus.
“Kenapa
kamu ke sini? Sudah kukatakan, berhentilah untuk suka pada ibu. Ini tidak boleh
Dit. Ada banyak alasan untuk itu” Ungkapnya kepadaku.
“Sudah
pulang sajalah” Timpalnya lagi.
Aku
hanya terdiam kaku. Perasaanku semakin galau.
“Biarkan
aku masuk Bu. Ada yang ingin kukatakan pada Ibu ” Tukasku dengan sedikit
gemetar.
Lalu
tanpa basa-basi lagi, walaupun belum mendapatkan persetujuan, kupaksakan kakiku
melangkah ke dalam rumah.
“Ya
sudah…sekarang cepat katakan! Setelah itu cepatlah keluar!”
“Bu,
berikan aku kesempatan untuk mencintai Ibu. Ibu adalah wanita pertama yang
mengisi hatiku Bu. Walaupun umur kita berbeda jauh, aku tak peduli. Aku berharap
bisa menjadi pendamping Ibu.”
Mendengar
responsku itu, tampaknya Bu Hany semakin bertambah marah. Mukanya merah padam.
Aku tahu ia marah besar. Aku juga sadar, aku bukanlah siapa-siapa. Hanya
seorang pelajar kelas XII SMA yang belum tahu kemana masa depannya.
“Oke….Kalau
Adit benar-benar mencintai Ibu, tunjukkan kepada Ibu kalau Adit layak untuk Ibu
pertimbangkan”
Mendengarnya,
aku sangat bahagia. Setidaknya aku masih punya kesempatan untuk mendapatkan
kekasih yang kucintai. Untuk itu, aku harus berjuang dengan keras. Kubulatkan
tekadku dan kuberjanji akan berubah seperti yang diharapkan Bu Hany.
*****************
“Tok…tok…tok…”
Suara ketukan pintu. Masih pintu yang sama. Rumah Bu Hany. Tapi kali ini
beberapa hal telah berubah. Selepas tamat sekolah, aku memutuskan untuk
menyendiri selama beberapa bulan. Selama itu, aku berhenti total bergaul dengan
teman-teman seusiaku. Alasannya sederhana, aku berpikir selama aku masih
bergaul dengan seusiaku, aku tak akan pernah menjadi dewasa. Dewasa dalam
berpikir, maupun dalam bersikap.
“Kau
yakin mau melakukan itu Dit?” Begitu respons yang diberikan teman-temanku.
Ya!
Memang begitu banyak pertentangan yang aku terima. Aku paham dan aku bisa
mengerti atas sikap mereka itu.
“Hanya
saja aku terlanjur mencintai Bu Hany. Aku sungguh mencintainya. Untuk
membuktikan cintaku itu, aku rela mengorbankan apa saja, termasuk masa remajaku.”
Pikirku.
Beberapa
bulan, aku juga mengikuti kursus kepribadian. Harapannya, setidaknya aku mampu
memperbaiki pribadiku seperti lelaki dewasa. Hasilnya sungguh efektif. Penampilan,
Pemikiran, sikap, gaya, dan pemikiranku kini 90% menjadi dewasa. Mungkin sama
dewasanya dengan pria usia 30 tahunan. Namun tak cukup sampai di situ. Aku tahu,
aku harus berjuang untuk memiliki masa depan yang jelas; masa depan yang cerah
dan mapan. Agar kelak, seandainya kami menikah, aku bisa membahagiakan Bu Hany.
Setahun
selepas kumenamatkan sekolahku, kebetulan Pertamina, yang merupakan BUMN
terbesar di bidang pengolahan Migas membuka lowongan pekerjaan untuk posisi
operator. Aku pun bertaruh mati-matian mengikuti setiap tahapan tesnya. Aku
belajar dengan giat dan tak lupa pula berdoa. Hingga tiba pengumuman final, ternyata
aku diterima menjadi karyawannya.
“Eh…Kamu
Dit. Masuklah! ” Tukas Bu Hany kepadaku.
Aku pun segera masuk ke rumahnya. Sampai di
ruang tamu, kami berdua hanya duduk terdiam. Baik aku maupun dia tak kuasa
berkata sepatah kata pun. Beberapa menit kemudian, kuberanikan untuk memulai
mengatakan niatanku padanya. Namun, belum sempat aku berkata, Bu Hany tiba-tiba
berkata.
“Tidak
Dit…Jangan sekarang. Kalau Adit benar-benar mencintai Ibu, tunggulah Ibu tiga
tahun lagi ” Ungkapnya.
Aku
kembali terdiam. Perasaan bahagia sekaligus kecewa menggelayutiku. Bahagia pada
akhirnya aku punya harapan besar untuk menjadi pendampingnya. Kecewa karena aku
harus menunggu tiga tahun lagi. Ya! Belakangan aku tahu, Bu Hany ternyata
sedang melanjutkan strata-2 di jurusan Pend. Matematika.
[1] Praktik Pengalaman Lapangan: Matakuliah wajib yang harus ditempuh
mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
No comments:
Post a Comment
Jangan lupa komentarnya ya! Berkomentarlah dengan bijak dan relevan!